Senin, 01 Januari 2024

Rahasia Idola (Bab 2)


 

Ratih : Gue hitung sampai sepuluh. Kalau lo nggak keluar, gue tinggal.

WA dari Ratih memaksa Delon menyudahi upaya mempertampan diri di depan cermin yang sudah berlangsung tak kurang dari tiga puluh menit. Ia menyambar jaket jins yang tersampir di kursi meja belajar, lalu buru-buru memakainya sambil berlari keluar. Terengah-engah, Delon meraih handle pintu kemudi sedan putih yang terparkir di depan pintu gerbang rumahnya.

"Lo mau ngapain?" hadang Ratih.

"Gue yang nyetir."

"Ah, kelamaan. Udah, duduk di belakang aja!"

"Tapi, kan ...."

"Delon, beneran mau ditinggal, ya?" Suara Alea selalu ampuh membuat Delon tidak berkutik. Ia bergegas masuk ke mobil.

Mobil itu langsung melesat dengan tarikan gas awal yang agak kasar. Delon yang belum sempurna pada posisi duduknya langsung terhuyung.

"Woe, pelan-pelan, dong!" protesnya.

"Gagal, deh, dapat tempat duduk paling depan," rutuk Alea.

"Gara-gara Si Cebol, tuh."

"Iya, maaf. Perasaan janjiannya jam tiga, deh. Ini, kan, masih kurang 30 menit."

"Kenapa lo nggak bareng Gilang aja, sih?" Ratih terus mengomel. Ia memang selalu naik darah bila berhadapan dengan Delon.

"Gilang bareng tim dari penerbit. Masa gue nyempil di sana, sih?"

"Katanya sepupu?" Lagi-lagi Ratih memperdengarkan nada kebangsaannya, me-ra-gu-kan.

"Eh, Miss Drama, saudara kembar aja nggak harus selalu sama-sama, apalagi cuma sepupu?"

Kali ini Alea tak berselera menengahi. Biarkan saja sampai salah satunya mengibarkan bendera putih. Meski hal itu tidak akan terjadi.

Ia memilih mengenyakkan punggung di sandaran jok lalu memasang earphone dan memutar lagu "Say You Won't Let Go" milik James Arthur. Setelah memasuki bait pertama, ia meluncur ke Wattpad, lagi-lagi membaca puisi Gilang yang sebagian bahkan sudah ia hafal di luar kepala. Fakta bahwa beberapa menit lagi ia bisa melihat penulisnya secara langsung, membuat senyum Alea merumpun, abai pada suara perdebatan Delon dan Ratih yang masih terdengar sesayup.

Mal yang dituju ketiga remaja itu memang selalu ramai, terlebih hari ini. Ratusan orang yang didominasi ABG cewek sudah memadati pelataran sebuah toko buku yang menjadi lokasi Meet and Greet Gilang kali ini.

"Yah, jauh banget," keluh Alea sambil memandangi berlapis-lapis saf manusia di depannya. Tumpuan pandang mereka adalah panggung kecil yang dilapisi karpet merah di depan sana, dengan background foto selfie Gilang bersama buku perdananya. Kekesalan Alea karena gagal dapat tempat duduk paling depan sejenak terlupakan saat menatap foto Gilang di sana. Masih dengan senyuman khasnya, senyum miring ke kiri yang justru terlihat sangat pas di wajahnya.

Kesadaran Alea kembali ketika Ratih meremas lengannya agak kencang. "Sumpah, benar-benar mirip Song Joong Ki," gemas Ratih.

Alea lekas membebaskan lengannya. "Sakit, tahu!"

"Terus, orangnya mana?"

"Kok, jadi lo yang nggak sabaran? Baca puisinya aja nggak pernah," sewot Alea, lalu duduk melantai seperti yang lain.

Ratih turut duduk sambil tetap mengawasi panggung. Ia benar-benar tidak ingin melewatkan momen kemunculan Gilang.

"Gara-gara kelamaan nungguin Si Cebol, nih, jadinya nggak bisa lihat Gilang dari dekat." Akhirnya serangan yang sedari tadi dirisaukan Delon meluncur juga dari mulut Ratih.

Kali ini Delon hanya mencebik. Kalau saja mereka tidak di tengah keramaian, kelanjutannya sudah bisa ditebak.

Gemuruh-riuh mendadak senyap ketika seorang lelaki tambun berjalan ke tengah-tengah panggung. MC sepertinya. Ia mengecek suara mikrofon dengan mengetuk-ngetukkan jari telunjuk. Setelah merasa nyaman dengan posisinya, ia menyapa ratusan wajah-wajah tak sabar menanti kemunculan sang idola.

"Selamat sore semuanya ...."

"SOREEE ...!"

Lelaki berkulit gelap di atas sana mulai berbasa-basi, menyuburkan rasa tak sabar yang mulai menjalar ke mana-mana.

"Kita sambut, Gilang Rendra!"

Sorak-sorai seketika bergemuruh. Saf mulai kacau. Banyak yang refleks berdiri demi mendapatkan angle yang pas untuk mengabadikan momen saat Gilang berjalan ke tengah panggung. Ratih sudah menerobos beberapa saf di depannya, meninggalkan Alea yang masih tenang di tempat semula. Alea menikmati pesona Gilang dengan caranya sendiri.

"Dimohon untuk kembali ke tempat duduk masing-masing." MC mengencangkan suaranya. "Nanti akan ada sesi foto-foto." Histeria pun berangsur-angsur reda. Mereka kembali ke titik semula, termasuk Ratih. Ia langsung memamerkan ke Alea beberapa penampakan Gilang di ponselnya.

"Biasa aja, dong!" sela Delon.

Kali ini Ratih cuma memutar bola mata. Tumben tidak langsung pasang jurus.

Histeria kembali meledak ketika Gilang dipersilakan untuk menyapa para penggemarnya. Gilang berdiri di tepi panggung. Tubuhnya agak condong ke depan sambil melambaikan tangan. Senyumnya bertaburan, menghipnotis ratusan cewek-cewek di depannya.

Setelah meleluasakan hujan blitz ke arahnya, Gilang kembali duduk. Obrolan seputar bukunya pun dimulai. Yang benar-benar menyimak seperti Alea hanya segelintir, selebihnya masih belum bisa move on dari pesona cowok jangkung di depan sana. bisik-bisik yang sesekali disela pekikan gemas terus merambat.

Alea merekam gerak-gerik Gilang, menyimak apa-apa yang diucapkannya.

Sesi tanya jawab dimulai. Ratih yang paling duluan angkat tangan. Alea melongo dibuatnya. Setelah dipersilakan, Ratih berdiri dengan penuh percaya diri. Hampir semua mata mengarah padanya.

"Gilang sudah punya pacar?" tanyanya tanpa canggung yang langsung disambut sorakan payah dari penggemar Gilang yang lain.

"Uuuuuu ...."

Alea menarik Ratih kembali duduk. Di depan sana Gilang hanya senyum sambil geleng-geleng dilempari pertanyaan yang memang selalu muncul setiap kali ia berhadapan dengan fans seperti ini.

"Dasar genit!" Umpatan Delon barusan berhadiah tabokan di bagian belakang kepalanya.

"Auw ...," ringis Delon sambil memegangi bekas tabokan Ratih.

Pertanyaan selanjutnya dari beberapa orang sudah menenggelamkan keriuhan yang ditimbulkan Ratih tadi. Alea tidak menyiapkan pertanyaan apa pun. Ia memang lebih suka menyimak.

Di tengah-tengah sesi tanya jawab, MC mengadakan kuis berhadiah selembar kaus eksklusif bergambar kover buku sang idola yang sudah ditandatangani bagian punggungnya. Suasana kembali riuh, semua tampak sangat menginginkan kaus itu.

"Ada yang hafal puisi-puisi Gilang?" pancing MC.

Banyak sekali yang langsung angkat tangan, termasuk Ratih. Delon yang sedari tadi diam, langsung tepuk jidat melihat tingkah Miss Drama.

"Oke, kita mau bukti. Gilang akan membacakan sebait puisi dari bukunya, yang bisa melanjutkan tanpa nyontek, langsung angkat tangan, ya." Selesai berucap, MC mempersilakan Gilang maju ke tengah-tengah panggung.

Mendadak senyap, menunggu Gilang bersuara.

"Dengar, Kekasih: menyepilah

demi menepikan gelisah yang selalu

Senyap akan temu. Aku ingin menjaga kita

Pada semoga-semoga yang kutuang

Diam-diam, dalam doa dan harapan

yang rela tumbuh mengakar berteman sepi"

Gilang merendahkan mikrofon di depan dada, lalu kembali menebar senyum. Tangan-tangan langsung mengacung tinggi-tinggi.

"Al, apa lanjutannya?" desak Ratih sambil meremas lengan Alea.

"Katanya hafal?" sindir Delon.

"Gue nggak nanya sama lo."

Tanpa tunggu lama, Gilang menunjuk cewek berambut panjang di sudut kiri. Tampak sangat senang, cewek itu langsung berdiri dan menyuarakan bait selanjutnya. Dan salah.

"Uuuuu ...."

Cewek itu memegangi pipinya yang memerah karena malu dan lekas merosot di balik punggung teman di sebelahnya. Gilang kembali menunjuk, kali ini cewek berhijab di tengah-tengah, yang bahkan sudah berdiri sebelum ditunjuk. Sayang, begitu diberi kesempatan, ia malah mengarang puisi baru. Semua orang tertawa dibuatnya.

Suasana mulai agak rusuh. Beberapa sembunyi-sembunyi membuka buku puisi Gilang, mencari kilat bagian yang dibacakan barusan. Kali ini sasaran telunjuk Gilang agak jauh ke belakang. Cewek yang ditunjuk malah menoleh kiri-kanan, mencari orang yang dimaksud karena sedari tadi ia tidak pernah angkat tangan. Di tengah gerakan tengak-tengok, tanpa sengaja tatapannya terpaut dengan tatapan Gilang. Saat itulah Gilang memberikan kode berupa gerakan alis, bahwa benar, memang dirinya yang ditunjuk.

Deg!

Bagaimana ini? Sadar semua mata telah mengarah padanya, mau tidak mau cewek itu harus berdiri. Ia menarik napas panjang sebelum bersuara.

"Belum tiba saat kita pulang, Kekasih

Maka biar saja asing meresap dalam palung

Sebab cinta kita telah menolak tua

Biar terlukis lebih dari kata-kata

Agar kita tak tersesat waktu

Agar cinta tak pernah piatu"

Sempurna. Banyak yang tepuk tangan, tapi lebih banyak yang kecewa. Kaus incaran mereka resmi jatuh ke tangan cewek yang baru saja berhasil melanjutkan puisi Gilang tanpa menyontek, Alea.

Gilang mengundang Alea maju ke depan untuk menerima hadiah. Tepuk tangan kembali bergemuruh. Tubuh Alea mendadak panas dingin saat berdiri berhadapan dengan Gilang. Terlebih saat cowok bermata sipit itu menyodorkan kaus yang sudah ditandatangani sebelumnya. Meski tengah gugup, Alea tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk foto bareng idola. Perasaan Alea makin tak keruan ketika Gilang merangkulnya. Alea menjabat tangan Gilang dan mengucapkan terima kasih sebelum kembali ke tempat duduknya.

"Wah, keren." Ratih kembali tepuk tangan saat Alea berjalan ke arahnya. "Buat gue, ya!"

"Enak aja." Alea mencebik.

***

[Bersambung]

Klik link di bawah untuk baca lanjutannya;

KBM

KARYAKARSA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar