Minggu, 03 Juni 2018

Review Novel: Story of Mya



Judul             : Story of Mya

Penulis         : Aby Myu

Penerbit       : Jejak Publisher

Editor           : Iis Tentia Agustin

Layout          : Tim CV Jejak
Kover            : Muhammad Gustiar Perdana

Cetakan        : Pertama, September 2017

Tebal             : 142 hlm

ISBN              : 978-602-5455-27-8

Blurb:
Yusa adalah seorang gadis yang baru lulus SMA. Ia merasa bosan melakukan apa pun di dunia ini. Mungkin karena dirundung kesedihan atas kematian kedua orangtuanya. Pamannya begitu perhatian, lalu menyuruhnya kuliah di Jakarta agar menemukan suasana baru. Yusa pun menerima tawarannya dan meninggalkan Bandung dengan harapan dapat menenangkan kesedihan hatinya.

Sesampainya di sana, ia menemukan sebuah buku berdebu yang terkurung dalam kotak kaca di kamar kosnya. Ia berusaha membukanya, lalu mulai membacanya. Yusa seakan tersambar kobaran semangat dari buku itu. Rasa ingin tahu yang besar telah membangkitkan gairahnya untuk mulai melangkah lagi. Ia pun belajar banyak hal dari Mya. Tentu saja, itu adalah nama penulis buku yang ditemukan Yusa.

Belajar adalah sesuatu yang harus kita lakukan sebagai proses dalam menggapai ilmu pengetahuan. Kebanyakan orang bilang bahwa itu membosankan. Tapi tidak bagi Yusa, karena ia telah menemukan cara-cara menakjubkan untuk tetap belajar dengan senang hati. "Jika buku adalah jendela dunia, maka internet adalah pintunya. Mengapa kita tidak membukanya kemudian berlari?" Itulah yang ditulis Mya dalam bukunya.

***

Alur Cerita:
Berharap bisa melupakan kesedihan atas kematian kedua orangtuanya, dan mendapatkan pelangaman baru, Yusa meninggalkan Bandung untuk kuliah di Jakarta. Di kosnya, Yusa menemukan sebuah buku harian yang terkurung dalam kotak kaca. Setelah tak sengaja mendapatkan kuncinya dari pemilik kos, Yusa mengeluarkan buku itu, yang ternyata ditulis oleh seseorang bernama Namina Mya.

“Sampul cokelatnya terbuat dari kain dan memiliki serat yang lebih tebal daripada umumnya. Warna cokelat kain itu seakan membuat rasa penasaran Yusa menjadi-jadi. Yusa berpendapat, bahwa sesuatu yang ada di dalamnya pasti hal yang berharga. Entah itu sebuah informasi, atau hal-hal yang menakjubkan seperti di kebanyakan kisah-kisah fantasi.”_(hal 10)

Buku itu berisi catatan harian Mya, terkait semua keingintahuannya yang terkadang melampaui batas normal. Pertanyaan dalam benaknya seolah tak berujung, dan ia tak pernah puas sebelum menemukan jawabannya. Ia ingin tahu semua asal dari tiada menjadi ada. Uniknya, terkadang ia menemukan jawabannya dari hal-hal sederhana.

“Itulah hari-hari menyenangkan penuh kegilaan. Aku belajar dari sebuah komik anime Jepang, playstation game, dan sebuah film. Entah apa lagi yang akan kutemukan di depan sana.”_(hal 30)

Itulah Mya, yang secara tidak langsung menularkan semangat belajarnya ke Yusa.

Melalui buku itu, Yusa benar-benar diajak bertualang, menyentuh banyak sisi pengetahuan yang mungkin lalai dari pikiran kebanyakan manusia selama ini. Dari dasar-dasar filsafat, sejarah, hubungan manusia dengan Tuhan, hingga keberadaan dunia paralel, semua dipaparkan Mya dari sudut pandangnya pribadi.

“Banyak tanda tanya yang masih berkeliaran dalam otak, dan aku rasa itu sangat mustahil. Untuk sekarang aku lebih percaya bahwa dunia paralel itu fiktif, dan mesin waktu tak akan pernah tercipta. Jika pun mesin waktu tercipta, itu sama sekali tidak berguna. Karena kita tetap tidak bisa mengubah keadaan yang sudah berlalu.”_(hal 99)

Ada satu bagian dari buku itu yang cukup misterius, yaitu terdapatnya lembaran kosong berjudul Rabu. Siapa sangka, lembaran kosong ini akhirnya menghadirkan teka-teki dengan makna yang cukup dalam.

Apa sebenarnya maksud lembaran kosong itu? Segera miliki buku ini untuk tahu jawabannya.

***

Review:
Buku ini sangat unik. Kalau menurut saya, ini rangkuman sedemikian banyak tanya yang bisa saja sama liarnya di kepala banyak orang, lalu diberi sentuhan fiksi demi menghindari penyajian yang membosankan.

Tidak hanya informatif, ada makna mendalam yang terselubung di setiap segmen. Terkadang saya melongo takjub. Lalu lupa sedang baca buku fiksi. Rentetan ilmu pengetahuan yang dituang penulis sangat menarik untuk diselami. Pembahasannya pun cukup variatif dan menyentuh banyak sisi. Selesai baca buku ini, rasanya seperti habis baca setumpuk buku berbobot.

Sekilas buku ini memang agak berat untuk sekadar bacaan teman bersantai, sebab inti sarinya nggak akan ketemu bila dibaca sambil lalu. Buku ini harus diluangkan waktu khusus, agar rasa keingintahuan penulis yang teramat tinggi, nyampe ke kita. Namun, sentuhan fiksinya lumayan menarik, kok. Lama kelamaan serupa candu. Penulis berhasil menggiring kita masuk ke kepala Mya dan melihat semua yang dipikirkannya.

Membaca buku ini, kita semacam melakukan perjalanan batin (dalam skala kecil) untuk menemukan apa-apa yang belum ada selama ini. Di dalamnya banyak banget hal unik yang mau tidak mau membuat kita menyukainya.

Satu hal yang paling misterius, yaitu terdapatnya lembaran kosong dalam buku ini. Bukan hanya satu-dua, tapi lumayan banyak. Tadinya saya pikir cacat produksi. Saya hampir komplain ke penerbitnya. Tapi, ternyata eh ternyata, itu unsur kesengajaan, bagian dari buku Mya, yang maksudnya tentu saja tidak akan saya bongkar di sini.

Buku ini berpotensi memukau, kalau disertai tata cara penulisan yang baik dan benar. Jujur saja, penggunaan tanda baca, penempatan partikel "di" dan "ke", serta peletakan "ku", masih banyak yang keliru. Banyak padanan kata yang terlalu kaku. Openingnya juga terlalu biasa.

Overall, buku ini cocok banget buat kamu yang memiliki keingintahuan tinggi, namun malas membaca banyak buku. Buku tipis ini semacam rangkuman dari berbagai sumber yang sangat praktis. Dari sini kamu juga bisa sadar, bahwa ilmu pengetahuan itu tidak terbatas. Maka betapa pentingnya untuk terus belajar dari berbagai hal di kehidupan ini.