Senin, 05 Agustus 2019

Review Novel: Lost



Judul          : Lost

Penulis      : Febriani Puspita

Editor        : Purindraswari

Layout       : Vindya Puspasari R.

Cover         : Ferryan Nugroho P.

Tebal          : 300 hlm

ISBN           : 978-623-7122-06-7

"Menghilang dan kehilangan adalah sepaket keputusan"

Blurb:

"Aku bulan dan kamu langitnya. Jika matahari meminta haknya untuk bersinar dan aku harus menyingkir, tak apa. Karena sejatinya, bulan tidak pernah benar-benar meninggalkan langitnya. Dia selalu di sana, namun tak ada yang menyadarinya."

Yang jatuh cinta pada Revi Prameswari sejak hari pertama masa orientasi siswa.
--Zarradam Anduarsa

***

Apa ada yang pernah jatuh cinta pada sahabatnya sendiri? Kurasa banyak, termasuk aku. Aku jatuh cinta padanya. Pemuda sederhana yang selalu memberiku semangat di saat aku terpuruk, gagal SNMPTN dan SBMPTN misalnya. Namun, kisahku tak seindah persahabatan yang berakhir jadi cinta. Di saat suatu tragedi besar menimpaku, Adam menyuruhku pergi dan berpisah dengannya. Karena keadaan yang tidak memungkinkan kami untuk bersama, aku mengikuti apa yang dia katakan.

Aku pergi. Tak tentu arah. Tak tentu waktu. Hanya berpasrah kepada apa yang digariskan Tuhan padaku, dengan harapan agar suatu hari aku dan Adam kembali dipersatukan dalam suatu momen bahagia.

Akan tetapi, siapa yang bisa menyangka bahwa runtutan kejadian di kota orang membuatku benar-benar jauh dari Adam. Dan harapanku ... tidak terealisasikan. Kami memang bertemu pada akhirnya, tapi dalam keadaan yang tidak pernah kami inginkan.

Dipertemukan hanya untuk kembali dipisahkan.

***

Alur cerita:

"Ini hidupku. Ini masa depanku. Orang lain hanya bisa berbicara, tapi akulah yang menjalani dan menentukannya."_(hal 52)

Kondisi keluarga Revi memang jauh dari kesan harmonis. Pada akhirnya Revi kabur demi tidak meladeni perjodohan tidak masuk akal dari kedua orangtuanya. Dan lagi, Revi ingin menjauh dari sesuatu yang sewaktu-waktu bisa membuat hatinya koyak. Tentang perasaan yang masih mengambang, tentang Adam, sahabat yang diam-diam menumbuhkan perasaan lebih.

"Hidup itu mengalir. Ikuti saja arusnya. Namun, tetap ingat bahwa di sepanjang aliran itu pasti terdapat banyak batu yang menghadang. Jangan terlalu terlena hingga membuatmu tergores dan menyebabkan luka."_(hal 53)

Dalam pelarian itu, beruntung Revi bertemu orang sebaik Bu Marni yang kemudian langsung mempekerjakannya di warung makannya.

"Tidak peduli kamu berasal dari keluarga yang bagaimana, asalkan pribadimu menunjukkan seseorang yang berbudi pekerti, maka masyarakat akan menerima dengan senang hati."_(hal 62)

Tahun bergulir, keadaan Revi membaik. Ia semakin terbiasa dengan semua hal yang ditemuinya di kota orang. Tapi tiba-tiba Revan muncul, pemuda misterius yang perlahan-lahan mengusik ketenangan Revi.

"Harapan kepada manusia mungkin bisa mengecewakan, tetapi berharap kepada Tuhan tidak akan pernah membuatmu kecewa."_(hal 160)

Revi tak pernah menyangka, di balik hidupnya yang mulai baik-baik saja ada konspirasi besar-besaran. Hingga pada akhirnya Revi harus kembali ke titik awal, mengorek apa-apa yang luput dari pantauannya selama ini.

Revi harus menyiapkan hati yang kuat, ketika satu per satu fakta mulai terkuak.

***

Review:

Saat membaca blurbnya, saya agak sangsi. Takutnya disuguhi cerita bertema friendzone yang begitu-begitu saja. Nyatanya saya salah besar. Perihal jatuh cinta pada sahabat sendiri, di novel ini diceritakan dari sudut pandang yang baru. Jika kebanyakan cerita friendzone mengangkat warna-warni kebersamaan mereka, cerita ini malah dimulai dengan perpisahan. Tidak ada lagi kebersamaan, semua tinggal kenangan yang serupa benang kusut di kepala tokoh utama dalam menemui hari-hari baru.

Opening-nya cukup berhasil memicu rasa penasaran, terhadap tokoh utama yang langsung disodorkan ke kita dalam kondisi luntang lantung. Kita dibuat bertanya-tanya, ada apa dengannya?

Novel ini dituturkan dengan bahasa yang ringan, sedikit puitis dan quotable. Diksinya sederhana, tapi terstruktur dengan baik. Yang paling saya suka, banyak banget petuah-petuah yang disampaikan secara cerdik, jauh dari kesan menggurui. Novel ini membahas persoalan cinta sewajar-wajarnya. Penulis tidak hanya menyoroti perihal hati, tapi bagaimana penerimaan terhadap lingkungan di sekitarnya.

Untuk tipe pembaca yang suka dikejutkan seperti saya, tempo novel ini terbilang lambat. Bahkan ada beberapa bagian berisi sekian paragraf narasi yang tidak memajukan cerita.

Saya suka alur maju mundur yang digunakan penulis, hanya saja saya kurang nyaman dengan peralihan POV1 ke POV3 yang terjadi beberapa kali. Tidak masalah, sih, banyak novel yang seperti itu. Hanya saja di novel ini menurut saya perpaduannya kurang luwes. Mungkin karena saya pribadi memang tidak begitu suka sama tipe cerita yang sudut pandangnya "tidak konsisten".

Overall, novel ini saya rekomendasikan untuk kamu yang menyukai cerita bertema friendzone tapi mendambakan sesuatu yang baru. Banyak banget pelajaran yang bisa diambil dari sini.