Senin, 10 September 2018

Review Novel: My Real Boy


Resensi ini tayang di koran Singgalang edisi 9 September 2018

Judul buku           : My Real Boy

Penulis                  : Ansar Siri

Penerbit                 : Buku Pintar Indonesia (Bupindo)

Cetakan                 : I, Agustus 2018

Jumlah halaman   : x + 221 halaman

ISBN                         : 978-602-5849-21-3

Ansar Siri --penulis pendatang baru asal Makassar—hadir meramaikan kancah literasi nasional dengan menelurkan sebuah novel remaja berjudul My Real  Boy. Novel yang awalnya diposting di Wattpad ini akhirnya berhasil mencuri perhatian salah satu penerbit untuk diterbitkan secara mayor. Memang benar adanya naskah itu sudah punya jodohnya masing-masing, novel ini membuktikan. Tak perlu jutaan pembaca seperti naskah-naskah dunia orange lainnya untuk berhasil menembus penerbit, novel ini bahkan belum tayang 100% di wattpad.

My Real Boy bercerita tentang sosok Gilang Rendra, seorang pemuda yang mendadak menjadi idola baru kaum hawa --karena puisi-puisinya di akun wattpad diterbitkan oleh penerbit ternama-- termasuk oleh Alea, seorang gadis yang hobi membaca. Tapi tidak seperti gadis-gadis lain, ketertarikan Alea pada sosok Gilang bukan karena cowok tampan itu memiliki wajah mirip artis Korea, melainkan karena puisi-puisi romantisnya yang sanggup melelehkan hati Alea. Namun apa jadinya, jika tak lama berselang, sosok Gilang tiba-tiba muncul menjadi siswa baru di sekolahnya dan secara nyata malah mengungkapkan perasaan sukanya pada Alea? Apakah Alea masih bersikap sama, hanya mengagumi puisinya?

Jangan mengira ini adalah konflik dari cerita, karena sesungguhnya, Ansar Siri baru saja memulai kisahnya. Sebuah pembuka kisah yang tentu akan membuat pembaca semakin penasaran, menghadirkan konflik di awal-awal cerita. Penulis kelahiran Bone Sulawesi Selatan ini ternyata mulai memainkan kepiawaiannya dalam meramu cerita, itu baru konflik pembuka, masih banyak konflik-konflik lain yang kemudian bermunculan dalam cerita yang tentu akan membuat kita sebagai pembaca enggan meninggalkan buku ini sebelum mengakhirinya.

My Real Boy tidak melulu bercerita tentang kisah cinta Gilang dan Alea. Naskah setebal 220 halaman ini mengandung kisah-kisah cinta lain yang diusung tak hanya sebagai pelengkap, tapi merupakan  bagian penting dalam novel. Ada kisah tentang indahnya persahabatan antara Alea, Ratih, dan Delon, yang sempat retak karena kehadiran Gilang. Tapi tak berlama-lama, cinta akhirnya menyatukan persahabatan itu kembali. Ada kisah tentang indahnya jalinan kasih sayang yang dibangun oleh Hadi dan Rahma dalam membesarkan Alea yang ternyata bukanlah anak kandung mereka. Juga kisah alasan dibuangnya Alea oleh sang ibu kandung yang lagi-lagi bukan tanpa alasan, semua karena cinta.

Menariknya lagi dari novel ini, kita akan disuguhkan quote-quote menarik yang terlontar dalam dialog-dialog antar pemerannya. Kata-kata puitis yang dirangkai penulis dengan indah itu tentunya akan semakin membuat kita terhanyut membacanya. Berikut adalah beberapa kutipannya:

“Gue mampu menulis ribuan bait puisi, tapi lenyap seketika jika harus gue ucapkan di depan lo. Karena perasaan gue bukan sesuatu yang butuh dimanipulasi, tidak perlu dimanis-maniskan. Ini kesungguhan.” (halaman 46)

“Bukankah dari dulu teori persahabatann selalu sama? Senang bareng, susah bareng, gila juga bareng.” (halaman 70)

“Gue nggak akan nyuruh lo belah dada gue biar bisa percaya, itu terlalu mengerikan.” Gilang menyingkirkan kapas yang terapit di jemari Alea, lalu meletakkan tangan itu di dadanya. “Tapi coba rasakan ini, adakah detak keraguan?” (halaman 80)

“Jauh sebelum aku mengenal cinta, dia pernah menjadi satu-satunya sinar dalam gelap, reda dalam kecamuk, dan teman dalam sepi. Berkat dia, aku mengenal dunia baru yang kusebut bahagia.” (halaman 218)

Hampir lembar demi lembar dalam novel ini berisi kata-kata puitis yang merupakan ciri khas penulis yang memang konsen dalam menulis novel romance ini.
Pun begitu, tak berarti novel ini tidak mempunyai kekurangan. Kekurangan pertama yang langsung terlihat sepertinya terdapat pada cover. Entahlah, mungkin ini hanya soal selera, tapi saya benar-benar tidak menyukai cover yang terlihat terlalu sederhana itu. Warna background-nya terlalu suram untuk ukuran anak remaja yang menyukai hal cemerlang dan terang benderang. Menurut saya alangkah baiknya background kelabu itu diganti warna putih –tentu saja tulisan putih pada cover diganti dengan hitam atau yang lain—yang akan membuat buku ini punya daya tarik sebelum pembaca mengetahui isinya yang memang jauh lebih  menarik.

Kesalahan ketik juga masih terdapat di beberapa tempat dalam buku ini. Seperti book stagramer yang ditulis book stragmer, jogging yang ditulis jongging, atau nangis yang ditulis nagis. Mengingat buku ini sudah mendapat sentuhan editor, tentunya kesalahan-kesalahan seperti itu tidak boleh dibiarkan terjadi.

Terlepas dari semua itu, secara keseluruhan, saya menilai buku ini layak untuk diapresiasi. Penulis berhasil memulai, mengembangkan, dan pada akhirnya mengakhiri cerita ini dengan baik. Satu dari sekian banyak pesan yang tersirat dalam novel ini adalah bahwa jodoh itu sudah ada yang atur. Orang yang kita sayang belum  tentu akan menjadi jodoh kita, sebaliknya, orang yang kita benci, bisa jadi adalah jodoh yang telah disiapkan-Nya untuk kita.

Buat kamu yang penasaran siapa sebenarnya The Real Boy-nya Alea dalam cerita ini, buruan datangi toko buku terdekat, ambil novelnya dan segera bawa ke hadapan kasir. Percayalah, setelah membaca novel ini, kalian akan merindukan karya-karya lain dari Ansar Siri.


Perensesi: uda_agus27