Kamis, 24 Mei 2018

Review Novel: My Ice Girl



Judul            : My Ice Girl

Penulis        : Pit Sansi

Penerbit      : Bentang Belia

Editor           : Ikhdah Henny & Dila Maretihaqsari

Kover           : Nocturvis & Musthofa Nur Wardoyo

Cetakan       : Pertama, Februari 2018

Tebal            : 386 hlm

ISBN             : 978-602-430-239-9

Blurb:
"Gue nggak suka sama cowok player!"
"Gue nggak suka sama cowok yang suka bikin onar!"
"Intinya, gue nggak suka sama lo!"

Tiga alasan Dara untuk menolak Malik sudah lebih dari jelas dan tegas. Namun, bukan Malik namanya kalau ia menyerah. Cowok itu merasa mampu meluluhkan hati Dara. Malik bahkan yakin bisa membuat Dara menyukai apa yang sebelumnya ia benci.

Sayangnya, jalan yang ditempuh Malik memang nggak mudah. Di tengah usaha mendapatkan perhatian Dara, Malik dikejutkan dengan fakta yang tak disukainya. Ternyata Dara punya hubungan dengan kematian Manda, adik Malik. Cowok itu jadi ragu, apa masih bisa ia mencintai orang yang mungkin saja terlibat menyakiti adiknya?

***

Alur Cerita:
Malik yang baru tiga bulan pindah ke SMA Gemilang langsung jadi idola cewek-cewek. Pasalnya, gantengnya memang tidak terelakkan. Berbekal suara yang cukup merdu, ia dan teman-temannya sering menggelar konser dadakan di koridor sekolah yang memberi peluang pesonanya kian luber ke mana-mana.

Namun sayang, pesona itu tidak mempan untuk Dara. Ia tahu persis reputasi buruk cowok itu. Playboy kelas kakap. Di sekolah itu aja ia punya sederet mantan, belum di tempat lain. Daripada nantinya sakit hati, Dara memilih tidak berurusan dengan makhluk bernama Malik.

Tapi, semua sikap Dara justru membuat Malik tetantang. Dan sejujurnya ia memang terpikat dengan cewek berlesung pipit itu. Namun sesuai dugaan, Dara menolak mentah-mentah ketika Malik terang-terangan memintanya jadi pacar. Anehnya, penolakan itu membuat Malik kian bersemangat. Bahkan ia berani jamin, Dara nggak akan nolak jika ia tembak sekali lagi.

Maka usaha merebut hati Dara pun dimulai. Tentu saja tidak semulus jalan tol, sebab ada Gino--kapten tim futsal yang sepertinya ditaksir Dara, pun sebaliknya--di antara mereka. Namun, melalui pertandingan dadakan satu lawan satu di lapangan futsal, pada akhirnya Malik memperoleh peluang lebih untuk memperjuangkan Dara.

“Kalau gue menang, lo nggak boleh nembak Dara sampai kelulusan nanti. ”_(hal 14)

Meskipun sudah menang dari Gino, bukan berarti perjuangan Malik deketin Dara langsung mulus. Dara tidak berubah, tetap bersikap dingin.

Tak ada yang tahu, bahwa tujuan Malik pindah sekolah adalah untuk menyelidiki kasus kematian Manda, adiknya. Di samping usaha dekatin Dara, perlahan-lahan Malik menemukan potongan-potongan petunjuk yang justru membuatnya semakin bingung. Terlebih saat petunjuk itu mulai mengarah ke Dara. Mungkinkah Dara terlibat?

Semakin giat usaha Dara untuk menjauh dari Malik, entah kenapa takdir malah selalu mendekatkan mereka. Dara tak pernah tahu bahwa ternyata mereka tetanggan di kompleks barunya. Parahnya, Malik itu anak teman lama bundanya. Fakta ini jelas menguntungkan Malik. Pintu pedekate-nya terbuka lebih lebar.

Sejutek-juteknya Dara, pada dasarnya ia juga gadis tulen yang suatu saat bisa saja tiba-tiba tergelincir dalam pesona Malik. Buktinya, setelah pertolongan kecil yang dilakukan Malik di malam ulang tahun sahabat Dara, Dara mulai merasakan jantungnya bereaksi aneh tiap menatap cowok itu.

“Karena menurut gue, nggak ada yang paling membahagiakan selain merasa dilindungi oleh kakak cowok.
Dara teringat kata-katanya sendiri. Dia benar-benar merasakannya sekarang, merasa benar-benar dilindungi. Namun, ada yang aneh dengan perasaannya. Mengapa jantungnya berdebar hebat saat ini?”_(hal 88)

Pelaku di balik kasus kematian Manda semakin mengerucut. Bahkan, kecurigaan Malik sudah condong ke seseorang, seiring dengan bermunculannya petunjuk baru yang saling berkaitan. Tapi Malik tidak boleh gegabah. Jangan sampai penyelidikannya bocor sebelum membuahkan hasil.

Kekesalan Dara pada semua tingkah laku Malik jadi berlipat ganda karena Bunda seolah berpihak pada cowok itu. Perhatian Bunda ke Malik sepintas malah sudah melebihi perhatiannya ke Dara. Hal yang sangat menguntungkan di sisi Malik, namun bencana di sisi Dara.

Meski kadar juteknya belum berkurang, Malik mulai merasakan sisi lunak Dara, yang diam-diam sebenarnya tipe perhatian dan nggak tegaan.

Di samping itu, penyelidikan Malik atas kasus kematian adiknya terus berlanjut. Petunjuk-petunjuk yang ia temukan membuat Malik takut, takut kehilangan kebersamaan kalau sampai salah seorang di antara sahabatnya terlibat.

“Tawa Malik perlahan mereda. Dia memperhatikan temannya satu per satu dalam diam. Dia sungguh tidak ingin keceriaan seperti ini berakhir di antara mereka. Dan, bila saja bisa, dia tidak ingin mencurigai satu dari teman-temannya atas kepergian Manda. Dia sama sekali tidak ingin mereka semua terlibat dalam kasus Manda. Seandainya saja bisa.”_(hal 148)

Mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, Malik meminta Dara menjauhi Gino. Jelas saja Dara menolak dengan tegas. Karena menurutnya, cegahan Malik sangat tidak beralasan.

Bagaimana kisah selengkapnya? Mampukah Malik memenangkan hati Dara? Siapa pelaku kasus Manda yang sebenarnya? Segera miliki buku ini dan rasakan serunya terlibat dalam teka-tekinya.

***

Review:
Kalau yang baca novel ini sudah berumur, pasti berasa kembali muda. Bahasanya renyah banget. Dari segala aspek sangat menonjolkan sisi keremajaan. Kendati demikian, bukan berarti novel ini tidak cocok dibaca kalangan dewasa, sebab konfliknya sangat kompleks dan enak banget disesapi pelan-pelan.

Benang merah yang diangkat cukup umum sebenarnya, perjuangan seorang cowok naklukin cewek dingin. Namun, itu hanya kemasan luar. Setelah digiring masuk ke dalam cerita, kita disuguhi teka-teki yang seolah tak berujung. Dari part ke part, penulis sangat lihai menyuburkan rasa penasaran, membuat kita menerka-nerka, yang ujung-ujungnya jadi gemes sendiri.

Bisa dibilang novel ini memiliki sisi kocak yang lumayan besar. Namun yang perlu saya garisbawahi, lucunya segar, nggak garing, dan yang penting nggak lebay. Konflik-konflik pendamping pun nggak cengeng. Porsinya pas dan dikemas kekinian.

Saya salut sama penulis. Konflik yang sedemikian padat bisa disampaikan cukup enteng. Bahasa yang dipilih pun sangat disesuaikan dengan target pembacanya.

Secara keseluruhan, jerat utama dalam novel ini adalah kasus kematian Manda yang seolah melibatkan orang-orang terdekat sang kakak, Malik. Penulis mengurai misteri ini pelan-pelan, sambil menanam jebakan-jebakan yang sukses membuat cerita kian hidup. Di beberapa bagian unsur tegangnya cukup terasa, bikin nggak mau berhenti baca. Misteri ini dilengkapi dengan interaksi Malik dan Dara yang bikin senyum-senyum sendiri. Perpaduan dua taste yang terjalin sungguh jadi candu.

Khusus soal misteri kematian, dari part ke part, dugaan saya selalu berpindah dari satu tokoh ke tokoh lain, sebab petunjuknya pun silih berganti. Dan ujung-ujungnya tebakan saya salah. Sumpah, racikan teka-teki yang dituang penulis dalam novel ini keren banget. Bikin nagih.

Kekurangannya nyaris tidak ada. Saya hanya merasa ada beberapa adegan yang kesannya agak maksa. Secara konten masih masuk dalam cerita, hanya saja jalinan emosinya kurang mulus pas baca bagian itu.

Overall, novel ini terobosan baru di rana teenlit. Untuk membuat orang yang tadinya nggak suka teenlit, bisa banget. So, yang masih memandang teenlit sebelah mata, coba baca ini, deh.

Minggu, 13 Mei 2018

Review Film: Assalamualaikum Calon Imam


Sinopsis:

Kepercayaan merupakan barang yang cukup langka bagi Fisya (Natasha Rizki), apalagi karena pernah punya masa lalu yang kelam tentang ayahnya. Di satu sisi, Fisya kecil ternyata mengalami perasaan yang bernama cinta.

Cinta itu ditujukan untuk Jidan (Andi Arsyil ), tentangga dan teman bermainnya di masa kecil. Sayangnya kisah cinta monyet ini tidak berakhir. Jidan memilih wanita lain sebagai pelabuhan cintanya.

Ketidakpercayaan Fisya terhadap seorang pria pun semakin menjadi-jadi, membuat separuh dirinya seakan putus asa jika berdekatan dengan seorang pria.

Lain kisah, Alif (Miller Khan) seorang dokter yang kemudian bertemu dengan kasus kecelakaan yang ternyata melibatkan Fisya.

Pertemuan keduanya semakin menjadi nyata ketika ternyata Alif merupakan salah satu dosen pengajarnya di kampus. Keduanya memiliki karakter yang berbeda. Alif terkesan dingin, sementara Fisya merupakan sosok yang cuek karena rasa tidak percayanya pada seorang pria.

Keduanya bahkan sering berseteru di kampus karena hal-hal konyol. Namun dibalik semua itu, Alif ternyata memendam rasa kepada Fisya. Apa yang selanjutnya terjadi?

Bisakah Fisya kembali percaya pada sosok seorang pria?

***

Kesan setelah nonton:

Bukannya jelek, hanya kurang puas.

Karena bernuansa religi, saya mengharapkan tema mencintai karena Allah, bisa dieksplor di sini. Ekspektasi saya makin melambung ketika di awal disuguhi insiden hape Fisya kebawa sama Alif saat sama-sama berusaha menolong seorang anak kecil korban tabrak lari. Saya mulai membayangkan interaksi lucu setelahnya, cinta diam-diam, dan bagaimana rasa itu dijalankan supaya tetap sesuai syariat. Nyatanya, di tengah-tengah hinggah menjelang akhir, masa lalu orang tua Fisya, yang membuatnya membenci abinya, lebih mendominasi.

Selain di luar ekspektasi, bagian ini sudah terlalu sering kita temukan di film lain.

Yang membuat kening saya berkerut, kemunculan Gubernur Sulawesi Selatan di salah satu scene yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan cerita. Sumpah, menurut saya maksa banget. Padahal di bagian ini harusnya ketegangan lebih ditonjolkan, mengingat tim dokter sedang merembukkan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap Fisya setelah divonis mengidap penyakit kronis. Sayang, kemunculan Pak Gubernur mengacaukan segalanya (untuk saya pribadi sebagai penikmat film).

Overall, saya cukup terkesan di bagian Fisya mulai jatuh cinta pada Alif setelah tidak sengaja mendengarnya membacakan surah Ar-Rahman.  Terima kasih kepada segenap tim produksi film ini sudah memilih Makassar sebagai salah satu setting dalam cerita. Melihat kampung halaman tampil di layar lebar, punya sensasi tersendiri. Hehehe ....

Review Film: Ananta


Judul                        : Ananta

Jenis Film               : Drama

Durasi                      : 90 menit

Negara Asal            : Indonesia

Produser                 : Manoj Punjabi

Sutradara                : Rizki Balki

Penulis Naskah      : Alim Sudio

Produksi                  : MD Pictures

Pemain                     : Michelle Ziudith, Fero Walandouw, Nino Fernandez, Jihane Almira, Anjasmara, Nova Eliza, Asri Wlas, Astrid Tiar, Josephine Firmstone, Adi Danoe

Rilis                           : 3 Mei  2018

***

Sinopsis:

Film ‘ANANTA’ bercerita tentang perjalanan kisah kasih sepasang remaja yang berbeda kelas status sosialnya.

Tania (Michelle Ziudith) adalah cewek anti sosial yang dibenaknya dipenuhi khayalan dan selalu ia tuangkan ke dalam kanvas lukisnya. Tania adalah tipe cewek pemberontak.

Ananta (Fero Walandouw) hadir dalam kehidupan Tania. adalah cowok kampung, lugu dan polos yang sering dihina dan diperlakukan tidak selayaknya oleh Tania. Namun Ananta tetap bertahan menemani Tania dalam kesehariannya.

Ananta memperkenalkan Pierre (Nino Fernandez) ke Tania, cowok tampan berdarah Indo Perancis. Ananta lakukan dengan niat membuat Tania bahagia.

Kehadiran Pierre membuat perubahan pada diri Tania. Namun saat Tania menyadari Ananta menghilang, dirinya pun berubah. Tania stress berat, ia sangat menrindukan sosok pria udik yang kerap dicaci-makinya.

Bagaimana perjalanan kisah kasih Tania dan Pierre? Dan, apa yang terjadi pada Ananta?

Sumber: https://posfilm.com/sinopsis-film-ananta-2018-biar-cinta-yang-menentukan-pilihan/

***

Kesan setelah nonton:

Keren banget. Saya hampir dibikin nangis.

Yang menarik dari film ini, keluguan Ananta yang mampu menetralisir segala pemberontakan Tania. Dari awal interaksi keduanya berhasil mencuri perhatian. Lucu, gemes, terkadang baper, semuanya dapet. Di samping itu, rahasia di balik setiap lukisan Tania yang ternyata berhubungan dengan masa lalunya bersama Papa, juga melibatkan Ananta, menjadi kesatuan epic menjelang ending.

Dinamika film ini keren banget. Saya tidak menemukan adegan sumbang. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul di awal terjawab dengan baik.

Selain alur cerita yang sukses mengaduk emosi, memilih daerah puncak sebagai latar, menyajikan keindahan tersendiri dalam film ini. Saya suka hutan pinusnya, sungainya, bangunannya, pokoknya semuanya.

Review Film: Halo Makassar


Judul                         : Halo Makassar

Jenis Film                : Komedi

Durasi                       : 102 menit

Negara Asal             : Indonesia

Produser                  : Amril Nuryan, Andi Ashari Arraniri

Sutradara                : Ihdar Nur

Penulis Naskah      : Matamatahari, Ihdar Nur

Produksi                  : Finisia Production

Pemain                     : Rizaf Ahdiat, Anggu Batari, Bimbi Mellonk, Tri Indah Budiastuti, Khanza Najwa Thohira, Fitriani, Afrizal Sadiq

Rilis                           : 12 April 2018

***

‘Halo Makassar’ merupakan film nasional karya sineas Makassar, Sulawesi Selatan. Film bergenre komedi ini digarap oleh rumah produksi Finisia Production. Disutradarai oleh Ihdar Nur yang juga menulis skenarionya bersama dengan Matamatahari.

Film ‘Halo Makassar’ berlatar kota Makassar, ceritanya berfokus pada seorang kompuser musik yang demi mendapatkan hasil maksimal melakukan perjalanan ke Makassar.  Namun, di sana ia jatuh hati pada seorang wanita yang bertugas sebagai operator taksi. Dibumbui komedi dari Mellonk dan Bimbi, supir taksi yang selalu mengantar Diat keliling kota Makassar, film Halo Makassar menjadi lebih segar dan jenaka.

Sinopsis:

Film ‘Halo Makassar’ kisahnya bercerita tentang seorang pria bernama Diat, seorang komposer musik yang mendapatkan project dari kliennya di Kota Makassar. Demi mendapatkan hasil yang maksimal, Diat harus melakukan perjalanan ke Makassar untuk menyelesaikan project tersebut.

Diat yang sehari-harinya menggunakan taxi dalam menyelesaikan projectnya, ajtuh cinta pada suara Anggu, operator taksi yang selalu ia dengan ketika menumpangi taksi. Selama di Makassar, Diat diberi pilihan antara menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tujuan utamanya atau mengejar cinta dengan segala kemungkinan yang tak bisa ia prediksi,

Cinta pada pandangan pertama? Biasa, cinta pada suara pertama?

Sumber: https://posfilm.com/sinopsis-film-halo-makassar-2018-cinta-pada-suara-pertama/

***

Kesan setelah nonton:

Cukup menghibur, namun konfliknya kurang tajam dan terkesan monoton.

Karena saya asli Makassar, rasanya wajib nonton film ini. Secara kemasan cukup unik, ditambah lokalitas Makassar yang sangat kental. Namun secara konten menurut saya masih kurang. Terbukti, opening ternyata diambil dari tengah-tengah, hingga saat terjadi pengulangan, rasanya sangat hambar dan "nggak banget".

Seperti film komedi kebanyakan, film ini pun banyak menyelipkan adegan tambahan yang tidak terlalu memajukan cerita, murni untuk melucu.

Overall, saya cukup terkesan dengan premisnya, jatuh cinta pada suara pertama. Kalo ini patut diacungi jempol, karena suara Anggu saat jadi operator taxi memang sangat memorable. Musik yang akhirnya diselesaikan Diat pun keren banget.

Sabtu, 12 Mei 2018

Review Film: Teman Tapi Menikah


Judul                   : Teman Tapi Menikah

Tanggal rilis      : 28 Maret 2018

» Genre               : Drama, Romance

» Sutradara        : Rako Prijanto

» Penulis             : Johanna Wattimena dan Upi

» Produser          : Hb Naveen dan Frederica

» Rating Usia      : R (13 tahun keatas)

» Durasi               : 1 jam 42 menit

» Pemeran di film Teman tapi Menikah
·         Adipati Dolken sebagai Ditto
·         Vanesha Prescilla sebagai Ayudia Bing Slamet
·         Cut Beby Tshabina
·         Denira Wiraguna
·         Diandra Agatha
·         Rendi John
·         Shara Virrisya
·         Sari Nila
·         Sarah Sechan
·         Iqbaal Ramadhan

***

Sinopsis:

Film Teman tapi Menikah bercerita tentang Seorang lelaki bernama Ditto (Adipati Dolken) yang semenjak pertama kali bertemu dengan Ayu (Vanesha Prescilla) sudah suka setengah mati karena Ayu yang bergaya gahar seperti preman.

Sayangnya selama 11 tahun bersahabat, Ditto selalu gagal keluar dari friendzone (Zona Pertemanan). Apa pun yang diusahakannya, dari PDKT ke Ayu berkedok nge-band sampai akhirnya menjadi musisi perkusi professional. Di mata Ayu, Ditto adalah seorang teman makan dan teman curhat semata. Namun untungnya, kehidupan percintaan Ayu yang berliku-liku memastikan Ditto selalu ada di dekatnya sebagai tempat curhat.

Suatu hari, Ayu bercerita kepadanya bahwa ia akan menikah dengan pacarnya, seorang pria sempurna luar dan dalam. Pada kesempatan kali ini, Ditto harus memilih untuk menyatakan perasaannya selama ini atau merelakan cinta pertamanya jadi sahabat seumur hidup.

Sumber: https://film.mbahsinopsis.id/2018/03/sinopsis-film-teman-tapi-menikah-2018.html?m=1

***

Kesan setelah nonton:

Asyik banget. Fresh dan kekinian.

Meskipun dari judul sudah sangat jelas seperti apa kisah ini akan berakhir, namun mengikuti setiap proses perjalanan cinta mereka sama sekali tidak membosankan. Mulai dari Ditto kecil mengagumi Ayu lewat layar kaca, ketemu di SMP, SMA, kuliah terpisah, saya menikmati semuanya.

Terlepas dari uniknya persahabatan mereka, film ini juga mengajarkan bahwa kita harus berjuang jika punya keinginan. Di sini ditegaskan, bahwa selalu ada hasil untuk setiap usaha.

Review Film: Ayat-Ayat Cinta 2


Judul                       : Ayat-Ayat Cinta 2

Jenis Film              : Drama

Durasi                     : 102 menit

Negara Asal           : Indonesia

Sutradara               : Guntur Soeharjanto

Penulis Naskah      : Alim Sudio, Ifan Ismail

Produser                  : Manoj Punjabi

Produksi                  : MD Pictures

Pemain                     : Fedi Nuril, Tatjana Saphira, Chelsea Islan, Dewi Sandra, Pandji Pragiwaksono, Nur Fazura, Dewi Irawan

Rilis                            : TBA Desember 2017

***

Sinopsis:

‘Ayat Ayat Cinta 2’ yang merupakan kelanjutan dari film sebelumnya bercerita Fahri Abdullah (Fedi Nuril) saat ini hidup sendiri di Edinburgh, bersama asistennya Hulusi (Pandji Pragiwaksono). Fahri telah kehilangan Aisha tujuh bulan lalu, saat Aisha menjadi sukarelawan di jalur Gaza. Sejak saat itu Fahri tidak pernah lagi mendengar kabar tentang Aisha.

Fahri terus menunggu dalam kesedihan yang mendera hatinya. Kesedihan yang coba dia atasi dengan kesibukannya sebagai seorang dosen dan juga pengusaha sukses di kota tersebut. Fahri juga disibukkan dengan kehadiran Misbah (Arie Untung), sahabat lamanya, yang ingin menumpang tinggal bersamanya.

Fahri seringkali dihadapkan pada persoalan tetangga-tetangganya yang beragam. Ada nenek asal Yahudi, Catarina (Dewi Irawan) yang sedang mengalami permasalahan dengan anak tirinya. Ada juga Keira McGills (Chelsea Islan) seorang pemain biola berbakat yang sangat membenci Fahri, karena dianggap sebagai teroris yang telah menyebabkan kematian ayah mereka akibat bom di London.

Fahri mencoba untuk terus menjalankan amanah Aisha agar dia bisa membantu orang-orang di sekelilingnya. Niat baik Fahri ini seringkali malah membuat salah paham dan menyeret ke persoalan yang lebih rumit dan membahayakan hidupnya.

Kehidupan Fahri menjadi semakin rumit ketika hadir Hulya (Tatjana Saphira) keponakan Aisha yang sekarang sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Hulya yang ceria dan dinamis, menunjukkan ketertarikannya pada Fahri.

Hulya bersedia menggantikan peran Aisha dalam kehidupan Fahri.

Fahri ragu untuk membuka hatinya bagi kehadiran Hulya, itu sama saja dia mengakui bahwa Aisha sudah meninggal. Fahri masih berharap setiap malam, Aisha kembali muncul dalam hidupnya.

Semua mendukung Fahri melanjutkan hidupnya bersama Hulya, termasuk Sabina (Dewi Sandra) seorang perempuan terlantar berwajah cacat yang ditampung Fahri untuk tinggal bersama mereka. Sabina yang sudah dianggap saudara oleh Fahri, ternyata tidak saja membantu mengurusi rumah Fahri, tapi juga mampu membuat Fahri melanjutkan hidupnya.

Bagimana akhir ceritanya, Akankah Fahri tetap setia menunggu Aisha, ataukah menerima cinta Hulya?

Sumber: https://posfilm.com/sinopsis-film-ayat-ayat-cinta-2-2017-tetap-setia-atau-buka-lembaran-baru/

***

Kesan setelah nonton:

Agak bingung.

Beberapa bagian penyelesaiannya kurang konkret hingga masih menyisakan tanda tanya. Untuk durasi 102 menit dengan konflik sedemikian padat, kesannya jadi terburu-buru dan dinamikanya tidak terasa. Jujur, saya kurang menikmatinya.

Terlepas dari semua itu, untuk upaya pengayaan jiwa, film ini cocok banget. Hebatnya, meskipun segmennya religi, film ini tidak memojokkan agama mana pun. Sifatnya universal, terbuka, dan cocok menjadi wadah siapa saja.