Selasa, 13 Maret 2018

Review Novel: Replace



Judul            : Replace

Penulis        : Arumi_e

Penerbit      : Falcon Publishing

Editor          : Dyah Rinni

Layout         : Abdul M

Kover           : Abdul M

Cetakan       : Pertama, Februari 2018

Tebal            : 378 hlm

ISBN             : 978-602-6714-16-9

Blurb:
Sepanjang hidupnya, Rara berada di bawah bayang-bayang Sasi. Kakaknya itu nyaris sempurna: fisik menawan, otak brilian, dan jadi putri kesayangan ayah mereka. Bahkan Sasi diberi kepercayaan memimpin perusahaan keluarga, sementara Rara hanya menjadi bawahannya. Derita Rara semakin lengkap saat harus menghadapi kenyataan Sasi bertunangan dengan Sava, cinta pertama Rara

Suatu malam, di Kafe Second Chance, Rara meluapkan kemarahannya kepada Sasi. Dia berharap kakaknya lenyap ditelan bumi. Siapa sangka, harapannya menjadi nyata. Sasi hilang secara misterius. Bukan hanya fisiknya, sosoknya pun lenyap dari semua foto keluarga. Tak seorang pun mengenal Sasi lagi, termasuk orang tua mereka. Sava pun mengaku tidak mengenal Sasi. Awalnya Rara syok, tetapi hilangnya Sasi memberi keuntungan baginya

Rara pun memanfaatkan keajaiban itu. Dia menjadi pemimpin perusahaan keluarga dan punya kesempatan mendapatkan cinta Sava. Namun, semua menjadi kacau. Para klien kecewa, proyek terancam gagal, dan cinta Sava sungguh sulit diraih. Rara menyadari dia membutuhkan sang kakak. Masalahnya, Rara sendiri tidak tahu kenapa dan bagaimana Sasi menghilang. Rara harus membuat Sasi kembali, tetapi bagaimana caranya? Apakah perjuangannya akan berhasil?

_*_

Alur Cerita:
Rara tak pernah berniat membenci Sasi, hanya saja posisinya sebagai pimpinan yang super cerewet terkadang membuat kakaknya itu super menyebalkan. Keinginan Rara sederhana, hanya ingin hasil kerjanya dihargai dan keberadaanya di perusahaan keluarga lebih dianggap. Sayang, pola brrpikir Rara yang memang agak berseberangan dengan kakak dan ayahnya--selaku pemilik perusahaan--masih sulit diterima.

Sasi cerewet bukan tanpa sebab. Ia menjaga citranya selaku pimpinan perusahaan. Ia ingin semua bawahannya memberikan dampak positif terhadap perusahaan. Tak peduli orang itu adiknya sekali pun. Hal inilah yang secara tidak langsung membentuk image kejam didirinya, hal yang paling membuat Rara muak.

Suatu hari Rara butuh pelampiasan selepas dimarahi Sasi. Ia meminta beberapa temannya untuk menenani. Mereka ke tempat karaoke, makan, dan berakhir di kafe Second Cance yang bergaya vintage. Di sebuah lorong menuju toilet di kafe itu, Rara menemukan cermin berbingkai oval dengan ukiran rumit. Tak ada yang istimewa dengan cermin itu. Rara sekadar bercermin dan merapikan tatanan rambutnya ketika Sasi menelepon dengan omelan yang sungguh sudah membuat Rara tidak tahan. Saat itulah, sambil menatap bayangan matanya di dalam cermin, Rara mengumpat.

“Kalau Sasi nggak ada, mungkin nasibku bakal berbeda. Ayah akan lebih menghargai pemikiranku. Ide-ideku bakal diterima ayah, karena nggak ada Sasi yang selalu meremehkan. Bisa jadi aku yang akan duangkat ayah jadi pimpinan di Ascarya.”_(hal 41)

Setelahnya, Sasi benar-benar menghilang. Tak satu pun yang tahu keberadaannya. Tahu-tahu Rara jadi pimpinan Ascarya Konsultan. Ruangan Sasi tiba-tiba jadi ruangannya, beserta tugas-tugas yang memenuhinya. Semua orang di kantor memanggilnya "Bu", sungguh membuat Rara sebal.

Tentu saja Rara bingung setengah mati dengan kasus lenyapnya Sasi tanpa bekas. Ia berharap semua ini hanya mimpi, dan ia akan segera terbangun.

Rara teringat Sava, tunangan Sasi. Semua orang boleh tidak tahu keberadaan Sasi, tapi lelaki itu pasti tahu. Nahas, Sava malah menganggap Rara stres setelah bersikeras menanyakan soal Sasi. Tidak mungkin Sava tidak mengenal Sasi, tapi gelagat yang ia tunjukkan memang demikian.

Usaha menemukan satu petunjuk saja tentang Sasi berlanjut ke Ibu. Sebagai perempuan yang telah melahirkan Sasi, Bu Herjanti tidak mungkin ikut-ikutan lupa. Sungguh di luar dugaan, Bu Herjanti pun sama saja dengan yang lain, mengaku sama sekali tidak pernah mengenal Sasi.

“Andaikan kamu punya kakak, harusnya Ibu sebagai yang mengandung dan melahirkannya akan mengingatnya. Tapi ibu sama sekali nggak ingat pernah melahirkan anak selain kamu. Ibu cuma pernah melahirkan sekali, dan itu melahirkan kamu.”_(hal 85)

Puncak dari semua keanehan ini adalah setelah Rara menyadari satu hal, Sasi tidak hanya menghilang secara fisik dan di ingatan orang-orang, tapi semua foto-fotonya pun entah ke mana. Di foto keluarga sosoknya lenyap, pun di galeri-galeri ponsel, tak ada jejak Sasi sedikit pun. Sasi seolah memang tak pernah ada di dunia ini.

Untuk sementara Rara tak ingin dipusingkan dengan keanehan lenyapnya Sasi. Ia anggap ini keajaiban, kesempatannya untuk menunjukkan kinerjanya. Dan tidak menutup kemungkinan ia bisa meraih cinta Sava.

Namun tentu saja tak semudah itu. Beban yang sebelumnya ditangani oleh Sasi tak mampu ia pikul. Baru menangani proyek kecil saja ia sudah gagal. Klien komplain besar-besaran dan berbuah teguran keras dari ayahnya. Beruntung, ia masih diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuan.

Rara tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, jangan sampai ia berbuat kesalahan lagi. Karena itu ia mengajak Ampera bekerjasama, bawahan yang di awal bantuannya ia tolak mentah-mentah hanya karena gengsi.

Ampera senang bukan main menerima tawaran kerjasama Rara, bos yang sebenarnya ia taksir sejak dulu. Perlahan-lahan mereka jadi dekat demi kenyamanan kerja, menepis batasan atasan dan bawahan. Ampera bahkan mengajak Rara ke suatu tempat, membuat Rara belajar banyak hal.

“Hari ini Ampera membawanya ke satu pengalaman baru yang memperkaya hatinya. Satu lagi sisi Ampera yang dia tahu. Sisi humanis laki-laki yang mulai dipercayainya itu.”_(hal 168)

Hari itu untuk pertama kalinya ada lelaki yang membuatnya merasa berarti.

Lantas, bagaimana kelanjutan hubungan mereka? Mampukah Rara menjalankan Ascarya Konsultan tanpa Sasi? Benarkah Sasi tidak akan kembali selamanya? Segera miliki novel kece ini untuk tahu semua jawabannya.

_*_

Review:
"Replace" adalah bagian dari Second Chance Series yang mendapuk artis-artis remaja yang tengah naik daun untuk menjadi model kovernya. Terobosan yang sangat marketable. Terlepas dari kemasan, sentuhan light fantasy menjadikan series ini pilihan bacaan yang terlalu sayang untuk dilewatkan.

Khusus untuk novel "Replace" ini, saya merasakan suasana yang ingin disampaikan penulis terbangun dengan cepat. Sejak awal cerita mengalir lancar dengan narasi yang simpel dan tidak bertele-tele. Meski demikian, tokoh-tokoh tetap dihadapkan pada rintangan yang masuk akal hingga cerita terasa berbobot, bukan sekadar seonggok fiksi belaka.

Awalnya saya lumayan kaget dengan sentuhan fantasy yang dibubuhkan penulis. Saya sempat ragu bisa tereksekusi dengan baik. Saya khawatir jatuhnya malah terkesan norak dan aneh. Tapi, wow. Buru-buru saya menarik anggapan itu. Dibalut pesan yang ingin disampaikan penulis, efek fantasy ini jadi sangat elegan ketika semua elemen yang ditabur di awal mampu dipadukan dengan baik hingga akhir. Makin ke belakang suhu cerita semakin panas dan bikin nggak bisa berpaling. Satu pertanyaan yang berhasil mengikat, ke mana Sasi? Demi menemukan jawaban dari pertanyaan itulah tanpa sengaja kita terhanyut dalam setiap kalimat yang dituang penulis. Menelusurinya enak, perpindahan adegannya halus. Saya cukup terkesan dengan kejutan-kejutan kecil namun membekas yang disuguhkan di akhir-akhir cerita.

Bagi penyuka romance bersiaplah mendapat hal lebih dari novel ini. Sebab bahasannya bukan sebatas lika-liku cinta, tapi juga persaudaraan, perjuangan, kesempatan, mimpi, dan banyak lagi. Yang paling penting, membaca novel ini kita bisa sedikit kecipratan ilmu desain arsitektur dan interior, hal yang jarang banget bisa ditemukan di bacaan sejenis.

Persaudaraan Rara dan Sasi sangat menarik dan membumi. Dari sana kita bercermin arti penting seorang saudara, semenjelkelkan apa pun dia. Soal impian Rara, semacam cambuk agar kita tak pernah lelah berjuang. Bahwa sebaik-baiknya pekerjaan adalah yang sesuai passion kita. Yang tak lupa saya soroti, tentang kesempatan kedua, tentang bagaimana kebijakan kita menghadapinya.

Dalam novel ini saya sangat terkesan dengan sosok Ampera. Hadirnya semacam penyegar. Ia mampu mengimbangi sikap keras kepala Rara dengan caranya sendiri. Pribadinya unik. Genit-genit kalem. Hehehe .... Bersama Ampera kita juga diajak terlibat dalam kegiatan sosial yang sungguh mulia. Dari sini banyak banget pelajaran yang bisa diambil. Ada bagian-bagian yang mampu menyentuh titik haru--semacam warna tersendiri untuk cerita ini. Namun sebagai pembaca, sejujurnya saya lebih senang kalau latar belakang kehidupan sosok semenyenangkan Ampera lebih dieksplor.

Selain salah menuliskan nama sebanyak dua atau tiga kali, saya tidak menemukan cacat lain dalam novel ini. Oh ya, mewakili seluruh warga Makassar, terima kasih kepada penulis sudah memilih Makassar sebagai salah satu setting cerita ini.

Overall, novel ini cocok banget untuk siapa pun yang masih suka labil. Bahwa betapa pengendalian diri itu sangat penting, dan segala sesuatunya punya batasan. Yang paling penting, terus perjuangkan impianmu.

Rabu, 07 Maret 2018

Review Kumsi: Cinta Tanpa Bla Bla Bla



Judul            : Cinta Tanpa Bla Bla Bla

Penulis        : Vitriya Mardiyati

Penerbit      : Goresan Pena

Editor           : Tim Pena

Layout          : C. I. Wungkul

Kover            : C. I. Wungkul

Cetakan        : Kedua, Desember 2017

Tebal             : 119 hlm

ISBN              : 978-602-364-315-8

Blurb:
Maafkan aku sayang
Jika aku yang hanya bisa mencintaimu sebatas napas yang ada
Maafkan aku yang hanya bisa dalam diam mendoakanmu sepenuh jiwa
(Sayang, bagian dari buku Cinta Tanpa Bla Bla Bla)

Kau tahu ...?
Betapa sulit aku harus menghindar
Setiap berjumpa selalu kubisikkan mantra sakral
Setiap kali kau berbicara ....
Mantra itu pun menyapa
Dan setiap kali senyum kau sunggingkan
Setengah mati kubekukan rasa
(Mantra, bagian dari buku Cinta Tanpa Bla Bla Bla)

_*_

Royalti hasil penjualan buku ini sepenuhnya akan didonasikan untuk kegiatan pengadaan mukena bersih dan disalurkan ke masjid-masjid/muslimah yang membutuhkan. Saya salut.

Nukilan:
Menjajaki buku ini semacam jalan-jalan ke taman bunga. Penuh warna.

“Cinta mengetuk hati sesenja ini
Ia membawa kamu si laki-laki sejati
Tak pernah kusadari jika kamu yang membawa semua jawaban teka-teki
Oh sungguh bahagia karena kamu datang bawa jalinan kasih”
(Penggalan puisi “Bila”_hal 1)

Di awal-awal saya terbuai. Sungguh manis untaian diksi yang disajikan.

“Terkadang ingin kuintip garis takdir
Ingin sedikit kukuak garis jodoh kita
Aku penasaran bagaimana akan mengalirnya langkah kita
Akankah cinta kita berlabuh atau menguap terkena badai kelam”
(Penggalan puisi "Ijinkan Aku Tuhan”_hal 3)

Bukan cinta namanya bila tak dibumbui rindu dan hal menyesakkan lainnya. Seolah paham akan hal itu, penulis pun menghadirkannya dalam buku ini.

Maka bicara soal cinta sejatinya miliki cakupan teramat luas, jua cara masing-masing hati menjaganya.

“Kuyakini kau tak pernah tahu
Dalam diam aku mengagumimu
Kupastikan juga kau tak pernah tahu
Ada satu hati yang menaruh harap untukmu”
(Penggalan puisi "Dalam Diam Aku Mengagumimu”_hal 42)

Saya suka ketika penulis tak melupakan keluarga sebagai sumber segala cinta.

“Keluarga itu laksana sarang
Di mana selalu menjadi tempat ternyaman untuk pulang
Seperti burung yang rajin kepakkan sayap
Maka sarang adalah tempat kembali senyamannya ruang”
(Penggalan puisi "Sarang"_hal 64)

Penulis pun kembali mengingatkan perihal alur kehidupan yang tentu tak selalu sesuai keinginan. Bagian ini seolah menegaskan pembahasan cinta dan ruang lingkupnya yang cukup komplit dalam buku ini.

“Kehidupan tak selamanya berjalan mulus
Ada kalanya sayatan tak mampu terelak
Kehidupan pun tak tentu selalu indah
Ada saatnya kesedihan hadir menyapa sejenak”
(Penggalan puisi “Berjuanglah”_hal 68)

Untuk lebih lengkap perihal cara penulis menuang cinta dalam puisi-puisinya, silakan miliki buku ini.

_*_

Review:
Pertama-tama saya harus memuji judul super unik yang dipilih penulis. Tidak hanya unik, tapi kesannya yang simpel sangat relevan dengan isi buku. Puisi-puisi dalam buku ini memang tidak terlalu mewah dari segi diksi, tapi makna di balik kalimat-kalimat sederhana cukup kuat. Cara penulis bicara cinta dari berbagai sudut terkesan santun.

Buku ini kembali menegaskan, betapa hidup ini penuh cinta. Sesuai judul, hampir 100% penulis membahas cinta dalam puisi-puisinya. Ada kasmaran, rindu, kesetiaan, harapan, pengorbanan, dan semuanya.

Namun, beberapa puisi susunan katanya agak kaku dan terdapat pemborosan kata.

Overall, buku ini cocok banget buat kamu penyuka puisi dengan pilihan kata yang mudah dicerna tanpa mengabaikan unsur keindahan.