Kamis, 29 November 2018

Review Novelet: Tangismu


Judul            : Tangismu

Penulis        : Iksan Mahar

Penerbit      : Jejak Publisher

Editor           : Yoga Permana Wijaya

Layout          : Tim Jejak CV

Cover            : Meditation Art

Cetakan        : Pertama, September 2017

Tebal             : 231 hlm

ISBN               : 978-602-5455-10-0

Blurb:
Pernah menangis karena kisah asmara? Semua insan pasti pernah merasakan masa-masa terpuruk itu. Dan, setiap insan memiliki cara yang berbeda untuk menyikapi setiap kesedihan yang hadir dari kekasih hati.

Patutkah kita terpuruk dalam kesedihan? Atau harus segera bangkit untuk melanjutkan kehidupan? Seluruh jawaban itu menjadi pilihan setiap insan. Menangis adalah hal terbaik untuk meluapkan kesedihan. Tetapi, bangkit dari keterpurukan sesungguhnya adalah jawaban pamungkas untuk tetap menjalankan roda kehidupan.

Tangismu berisi tiga novelet yang menyadarkan kita bahwa setiap musibah dan kesedihan selalu menyembunyikan hikmah yang tersirat. "Jangan larut dalam sedihmu itu, Sayang. Bangkit dan terus kejarlah mimpi-mimpimu ...."

Nukilan:
Buku ini terdiri dari 3 novelet yang sungguh menyayat.
Novelet pertama berjudul "Pesan tertinggal", berkisah tentang perjuangan Sandi menyelesaikan pendidikan masternya di UM Malaysia. Saat Sandi hampir meraih gelar masternya, seseorang dari masa lalu tiba-tiba kembali menyapa lewat email.

Indah, sahabat sekaligus teman duduk Sandi saat SMA. Mereka sangat akrab waktu itu, dan sebenarnya mereka memendam perasaan yang sama. Namun, Sandi punya alasan kuat hingga memilih menyimpan perasaannya untuk nanti, sampai ia merasa benar-benar siap.

Ketika Indah kembali menghubunginya, Sandi berjanji pada diri sendiri untuk tidak menyia-nyiakannya kali ini. Karena itu, setibanya di tanah air, Sandi langsung menemui Indah. Sayang, apa yang ditemuinya sungguh memilukan.

"Sandi sadar duka itu pasti akan sangat menyiksa batinnya. Bahkan hingga saat ini, Sandi belum mampu memecahkan segala teka-teki yang menghantui pikirannya selama ia di Kuala Lumpur. Teka-teki yang menyimpan rahasia akan keadaan Indah saat ini."_(hal 60)

Novelet kedua berjudul "Arrivederci, Amore!", mengisahkan persahabatan Dani dan Bunga yang juga tetanggaan. Dalam keseharian, Dani selalu ada untuk Bunga. Bahkan, Dani membantu Bunga untuk mendapatkan lelaki idamannya. Sayangnya, sampai bunga berhasil mendapatkan keinginannya, ia belum sadar bahwa sebenarnya tidak ada yang lebih ia butuhkan selain Dani.

Hingga suatu hari Bunga tersadar, setelah hubungannya bersama sang lelaki impian kandas. Namun, segala sesuatunya sudah berbeda. Ada yang tak bisa diperbaiki meski Bunga begitu ingin. Kendati demikian, Bunga tidak ingin menyesal sedikit pun.

"Terkadang apa yang tak pernah kita harapkan kehadirannya, malah itu yang kita raih. Semua itu telah menjadi suratan takdir yang telah ditentukan, dan tugas kita sebagai seorang hamba hanya menjalani dan mensyukuri apa yang telah kita dapatkan."_(hal 106)

Novelet ketiga berjudul "Pelerai Lara", bercerita tentang Andri yang depresi setelah ditinggal nikah oleh kekasihnya. Berbulan-bulan ia larut dalam kesedihan, hingga nyaris menghancurkan hidupnya. Hingga suatu hari, atas anjuran dokter, pihak keluarga sepakat untuk mengasingkan Andri ke Makassar, menjauh dari segala kenangan tentang Aristi. Di sanalah ia ketemu Gina, psikiater yang bertugas membantu kesembuhannya.

Di bawah penanganan Gina, perkembangan Andri cukup signifikan, hingga ia berhasil menemukan dirinya yang dulu. Sepanjang kebersamaan itu, keduanya pun menyadari perasaan istimewa yang tumbuh di antara mereka. Namun sebelum semuanya telanjur jauh, Gina memaparkan sebuah fakta tentang masa lalunya yang cukup membuat Andri terkejut.

"Kamu yakin bisa menerimaku dengan semua yang ada di diriku? Dengan apa yang telah terjadi dan apa-apa yang akan terjadi padaku?"_(hal 206)

Sumpah, saya benar-benar larut mengarungi kesedihan yang seolah tidak ada akhir dalam cerita ini. Kamu penasaran? Yuk segera dapatkan bukunya.

Review:
Dari judul dan nuansa kover, kita sudah bisa menebak akan seperti apa cerita dalam buku ini. Betul, kisah-kisah yang disajikan penuh air mata, juga sayatan pilu yang akan membekas di hati pembaca. Buku ini tidak disarankan untuk kamu yang tidak kuat dengan cerita sad ending. Takut nggak kuat. Hehehe ....

Saya suka diksinya, terkesan smart. Ketiga cerita yang disajikan memiliki kemiripan konsep, yang tentu saja punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dan jika boleh memilih, saya paling suka cerita ketiga.
Meskipun cerita-cerita ini dipenuhi air mata, penulis menyampaikannya jauh dari kesan cengeng. Di beberapa bagian kita disuguhi petuah yang cocok untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sayang, cara penulisan yang salah masih banyak saya temukan. Penggunaan kata juga kurang efisien, masih terdapat pengulangan tidak penting di beberapa bagian. Di salah satu cerita, opening-nya juga terlalu pasaran. Tapi saya suka narasinya, terlebih penggambaran setting-nya. Penulis juga piawai menghidupkan tokoh, hingga mereka terasa nyata.


Overall, buku ini cocok banget untuk kamu penyuka sad ending. Ingat, buku ini tidak hanya mengajak kita untuk bersedih, tapi juga mengandung banyak banget pesan moral. Setelah membaca buku ini, mungkin kamu bisa lebih memahami cara menghadapi setiap masalah yang datang.