Penerbit : Wahyu Qolbu
Tebal : 148 hlm
ISBN : 602-73315-2-6
Karena sempurna itu tidak menuntut sempurna
Blurb:
"ANAK CACAT DILARANG
SEKOLAH!"
Sedih, kecewa, itulah yang aku
rasakan. Sempat aku merutuk dengan kondisiku saat itu. Multiple faktur,
begitulah dunia medis menyebutnya; kondisi patah di anggota gerak. Aku harus
menelan kekecewaan karena banyak sekolah yang menolak kondisiku yang cacat.
Tak berhenti sampai di situ,
kekecewaanku pun terulang lagi. Di saat teman-teman bisa pergi ke sana ke mari
dengan bebas, aku hanya bisa berteman sepi di rumah; sebuah ajang pencarian
bakat pun menolak; yang lebih menyakitkan, seseorang yang aku cintai juga pergi
meninggalkanku. Ya, semua karena kondisi fisikku yang tak sempurna.
Tuhan tidak adil! Tuhan pilih kasih! Sempat
prasangka itu memenuhi pikiranku. Aku merasa terpuruk saat itu. Namun, aku coba
tetap tegar dan berusaha bangkit mencari jalan keluar.
Inilah
kisah nyata seorang gadis penyandang difabel; dengan keterbatasannya, dia mampu
membuktikan bahwa fisik tak menjadi penghalang untuk berkarya.
Kesan
pertama, wow, novel ini bertinta biru. Jarang-jarang, kan?
Sepanjang
baca novel ini, aku berasa berhadapan langsung dengan si penulis dan
menceritakan kisahnya secara langsung. Ariny tahu apa yang akan diceritakannya,
dan bagaimana menceritakannya. Nggak gampang, loh, mengenang masa lalu sedari
masih kecil banget kemudian menyulapnya menjadi novel yang layak dinikmati
khalayak umum, tapi Ariny berhasil.
Buktinya,
belum melangkah jauh, tepatnya di halaman 12, mataku berkaca-kaca saat Ariny
kecil menyanyikan soundtrack film Titanic saat tes masuk SD Al Amin. Entah aku
yang cengeng, atau apa? Terbawa suasana aja.
Aku
senyum-senyum sendiri saat Ariny lirik-lirikan sama Arsyadanie di warung soto
banjar. Bukannya apa, ini anak SD, loh, yang lirik-lirikan. Hehehe....
Dan
bagian yang tidak terduga hadir di halaman 125, ketika Ariny menolak ajakan
balikan Mas Adit dengan membanting gelas. Sumpah, adegan ini lebih kece dari
yang sering nongol di sinetron striping. Sukses memberikan warna tersendiri di
benak pembaca. Belum lagi ditambah kekhawatiran Ariny akan dimarahi mama karena
memecahkan gelas itu. Lucu. Baca bagian ini, emosi pembaca jadi campur aduk.
Aku
juga suka saat Arizal menggendong Ariny ke belakang sekolah, terus mereka bikin
janji di sana. Ini udah kayak opening di film-film romance. Hehehe ....
Terakhir,
terima kasih atas karyanya yang sangat menginspirasi ini. Semangat nulisku
sukses dibikin tambah tebel. Buat yang belum baca, khususnya yang ingin
mengikuti kesuksesan sang penulis, buku ini recomended banget.
Salam santun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar