Judul :
Masa Lalu yang Tertinggal
Penulis : Riri Ansar
Penerbit :
Euthenia
Tebal :
152 hlm
ISBN :
978-602-1310-35-9
Andai aku bisa kembali mengulang waktu, aku tak pernah ingin
menyakitimu, aku sangat mencintaimu.
Blurb:
Cinta
selalu membuat kita merasakan hal-hal aneh, namun nyata. Saat kita bertemu
dengan orang yang kita suka, melihatnya melintas di depan kita saja mampu
membuat hati berdegup kencang. Kita selalu menunggunya, selalu mencoba mencuri perhatiannya.
Tak jarang, kita bahkan melakukan hal-hal yang terasa bodoh hanya untuk
melihatnya tersenyum atau membuatnya bahagia. Cinta pula yang selalu membuat kita
mencoba terlihat sempurna di depan orang yang kita cintai. Namun, ketika cinta
itu pupus, kita lebih sering menangis, lebih sering menyendiri, dan merasa
hidup sangat buruk.
Jatuh
cinta memang indah rasanya, melewati malam dengan doa-doa dan harapan. Rindu yang
tak pernah usai, atau genggaman jemari yang begitu hangat. Bila kelak semuanya
berakhir, mampukah kita menjadi dua sahabat? Mampukah dua hati yang terkoyak
bisa terus saling bertegur sapa? Cinta tak pernah bisa ditebak, namun kenangan
akan selalu hadir apa pun bentuknya.
Seandainya
saja waktu bisa diulang, mungkin semua kisah cinta akan berakhir bahagia. Mungkin
saja kau dan aku pun akan masih saling memuja rindu, masih akan saling memeluk
impian. Entahlah, jika memang yang tersisa hanya kenangan, mungkin ini juga
yang terbaik untuk kisah kita.
Sejarahnya,
aku ketemu buku ini tidak sengaja di sebuah minimarket—bukan di toko buku. Jujur,
aku beli kumcer ini karena nama penulisnya mirip-an
sama namaku. Hehehe ....
Ternyata
kumcer ini sangat cocok sebagai teman bersantai, cocok dibaca sambil minum
kopi, atau makan kacang. Kenapa? Karena cerita yang disajikan cukup simple,
konfliknya juga sangat lazim dalam keseharian. Settingnya pun beragam, mulai
dari ibu kota yang hingar bingar, hingga pedesaan yang berlatarkan suara
jangkrik.
Tapi
sayang, ada beberapa kata yang salah cetak. Di hal 10, 41, 42, 52, 106, 109,
114, dan 124 (maaf jika aku keliru).
Aku
suka pohon kesunyian yang digambarkan di cerpen PENGIRIM RAHASIA KARTU BERGAMBAR HATI. Namun, ada satu cerpen yang
membuatku bingung, EMBUN CINTA DI TAMAN
KOTA, serupa ada sesuatu yang mengganjal, tapi aku pun sulit
membahasakannya. Yang sudah baca, mungkin merasakan hal yang sama. (Maaf jika
aku keliru)
Dan
di antara 11 cerpen dalam buku ini, aku paling suka cerpen yang berjudul SALIKHA. Di antara banyak cerpen yang
mengangkat kisah remaja dengan kesehariannya yang gaul, dengan gaya bicara Lo-Gue,
tiba-tiba cerpen ini hadir dengan warnanya sendiri. Berlatarbelakang pondok pesantren,
menceritakan cinta sejati seorang putri Kiai, yang rela menerima calon suaminya
meski sudah lumpuh. Penempatannya kedua dari belakang, sangat tepat. Ketika
pembaca (mungkin) sudah mulai jenuh, tiba-tiba disuguhi kisah yang menyayat
hati. Keren!
Terima kasih untuk karyanya, Mbak ....
Sukses selalu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar