Minggu, 21 Agustus 2016

Review: Masa Lalu yang Tertinggal




Judul                                       : Masa Lalu yang Tertinggal


Penulis                               : Riri Ansar



Penerbit                                  : Euthenia



Tebal                                       : 152 hlm



ISBN                                      : 978-602-1310-35-9



Andai aku bisa kembali mengulang waktu, aku tak pernah ingin menyakitimu, aku sangat mencintaimu.



Blurb:

            Cinta selalu membuat kita merasakan hal-hal aneh, namun nyata. Saat kita bertemu dengan orang yang kita suka, melihatnya melintas di depan kita saja mampu membuat hati berdegup kencang. Kita selalu menunggunya, selalu mencoba mencuri perhatiannya. Tak jarang, kita bahkan melakukan hal-hal yang terasa bodoh hanya untuk melihatnya tersenyum atau membuatnya bahagia. Cinta pula yang selalu membuat kita mencoba terlihat sempurna di depan orang yang kita cintai. Namun, ketika cinta itu pupus, kita lebih sering menangis, lebih sering menyendiri, dan merasa hidup sangat buruk.

            Jatuh cinta memang indah rasanya, melewati malam dengan doa-doa dan harapan. Rindu yang tak pernah usai, atau genggaman jemari yang begitu hangat. Bila kelak semuanya berakhir, mampukah kita menjadi dua sahabat? Mampukah dua hati yang terkoyak bisa terus saling bertegur sapa? Cinta tak pernah bisa ditebak, namun kenangan akan selalu hadir apa pun bentuknya.

            Seandainya saja waktu bisa diulang, mungkin semua kisah cinta akan berakhir bahagia. Mungkin saja kau dan aku pun akan masih saling memuja rindu, masih akan saling memeluk impian. Entahlah, jika memang yang tersisa hanya kenangan, mungkin ini juga yang terbaik untuk kisah kita.




            Sejarahnya, aku ketemu buku ini tidak sengaja di sebuah minimarket—bukan di toko buku. Jujur, aku beli kumcer ini karena nama penulisnya mirip-an sama namaku. Hehehe ....

            Ternyata kumcer ini sangat cocok sebagai teman bersantai, cocok dibaca sambil minum kopi, atau makan kacang. Kenapa? Karena cerita yang disajikan cukup simple, konfliknya juga sangat lazim dalam keseharian. Settingnya pun beragam, mulai dari ibu kota yang hingar bingar, hingga pedesaan yang berlatarkan suara jangkrik.

            Tapi sayang, ada beberapa kata yang salah cetak. Di hal 10, 41, 42, 52, 106, 109, 114, dan 124 (maaf jika aku keliru).

            Aku suka pohon kesunyian yang digambarkan di cerpen PENGIRIM RAHASIA KARTU BERGAMBAR HATI. Namun, ada satu cerpen yang membuatku bingung, EMBUN CINTA DI TAMAN KOTA, serupa ada sesuatu yang mengganjal, tapi aku pun sulit membahasakannya. Yang sudah baca, mungkin merasakan hal yang sama. (Maaf jika aku keliru)

            Dan di antara 11 cerpen dalam buku ini, aku paling suka cerpen yang berjudul SALIKHA. Di antara banyak cerpen yang mengangkat kisah remaja dengan kesehariannya yang gaul, dengan gaya bicara Lo-Gue, tiba-tiba cerpen ini hadir dengan warnanya sendiri. Berlatarbelakang pondok pesantren, menceritakan cinta sejati seorang putri Kiai, yang rela menerima calon suaminya meski sudah lumpuh. Penempatannya kedua dari belakang, sangat tepat. Ketika pembaca (mungkin) sudah mulai jenuh, tiba-tiba disuguhi kisah yang menyayat hati. Keren!


Terima kasih untuk karyanya, Mbak ....

Sukses selalu!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar