Minggu, 21 Agustus 2016

Review: Jilbab (Love) Story




Judul                                       : Jilbab (Love) Story


Penulis                                    : Redy Ugeng Kuswanto



Penerbit                                  : Orange (Imprint Citra Media Pustaka)



Tebal                                       : 184 hlm



ISBN                                      : 978-602-8508-01-8



Ketika hati merindukan impiannya



Blurb:

            Sebuah ajang pencarian bakat telah membawa Melody ke dunia yang baru, dunia yang selama ini hanya ada dalam impiannya. Para juri menobatkannya sebagai diva remaja pendatang baru. Namanya dielu-elukan dan menjadi idola seantero Nusantara. Masa depan yang sangat cerah terbentang luas di hadapannya. Inilah jalan hidup yang sudah lama dia dambakan.

            Hanya saja, Melody dihadapkan pada dua pilihan yang sangat sulit. Seorang produser menawarinya untuk rekaman sekaligus tampil exclusive di salah satu stasiun televisi ternama. Tetapi syaratnya begitu berat: dia harus melepas jilbabnya!

            Jelas hati kecilnya tidak akan mau memenuhi syarat itu. tapi di sisi lain, Melody tak rela kehilangan peluang emas itu. lalu, bagaimana kisahnya mempertahankan idealisme sekaligus bisa meraih impiannya menjadi diva Indonesia?



            Sejak pandangan pertama, saat si tukang pos mengantarkannya sore itu, aku langsung jatuh hati pada cover-nya yang bernuansa lembut. Ternyata cover benar-benar mewakili keseluruhan isi novel ini yang diceritakan secara lembut.

            Novel ini sangat cocok dengan kadar otakku yang kadang ngadat jika berhadapan dengan diksi yang terlalu 'mewah'. Sementara di novel ini, diksinya manis, dan bikin aku senyum-senyum sendiri di beberapa bagian.

            Si penulis membuat Ryan tahu masalah yang dihadapi Melody dengan cara yang unik, lewat pesan WA yang nyasar. Good job! Aku juga suka bagian yang menggambarkan masa kecil Mel bersama Mbak Ony, aku membacanya berkali-kali. Aku bisa merasakan kerinduan Mel di situ.

            Bagian yang membuat hati saya bergetar, ketika Nuri menyampaikan keinginannya untuk berjilbab. Tapi sayang, di bagian akhir, tidak ada gambaran jika Nuri sudah berjilbab. Mungkin lebih manis jika bagian itu ada, meskipun cuma satu kalimat (maaf jika aku keliru).

            Novel ini menghadirkan penggalan-penggalan flash back yang bikin emosi pembaca makin teraduk. Ciamik.

            Karya sebagus apa pun, pasti masih ada celanya. Pun dengan novel ini. Aku menemukan 4 kata yang salah cetak; pada hal 129, 134, 155, dan 182. Tapi itu termaklumi, dengan keseluruhan isi cerita yang membuat kita hanyut pada setiap kalimatnya.

            Di antara semua bagian, aku paling suka epilognya. Penulis berhasil menggambarkan perasaan cinta pada gadis berjilbab dengan narasi yang cantik, dan tentu saja takaran yang pas untuk kedua tokoh remaja dalam novel ini.

            Karya yang sukses, ketika pembaca merasakan emosi yang dituangkan si penulis dalam setiap kalimatnya. Dan di novel ini, sedih, bahagia, dan apa pun itu ... aku merasakannya. Tidak berlebihan jika kukatakan novel ini cocok untuk mereka yang menginginkan tulisan yang ringan, tapi sarat akan makna.


Terima kasih untuk karyanya, Bang ....

Sukses selalu.


‪#‎UlasanAnsarSiriTop of FormBottom of Form

Tidak ada komentar:

Posting Komentar