Karya : Ansar Siri
Meski ia tercipta setelah
adam,
Tapi tiadalah kehidupan
sejati tanpa dirinya.
Meski ia hanya dari
sebuah tulang rusuk yang bengkok,
Tapi pesona raganya tiada
tertandingi.
Ketika riak tangisnya
pertama kali menyapa jagad raya,
Ribuan syukur menyambut
hadirnya.
Semua orang ingin mencumbunya,
Merangkul hawa bahagia
yang ia haturkan dari surga.
Ketika beranjak remaja,
Peri-peri menyepuhnya
dengan kecantikan.
Matanya berpijar bak
lentera menjelang senja,
Senyumnya bak torehan
indah di rupa bulan,
Dan ketika bertutur,
Suaranya mengalun seindah
kicauan burung di pagi hari.
Ketika beranjak dewasa,
Ia akan gelegarkan suara
hatinya.
Bahwa dalam takdir ia tak
harus selalu jadi yang kedua,
Bahwa dalam takdir ia
bukanlah sekedar pelengkap,
Dan bahwa dalam takdir,
ia tak ingin disakiti.
Namun dibalik semua itu
ia sadar,
Bahwa sejatinya ia
seorang pendamping.
Yang akan mendampingi
prianya merengkuh tawa dunia,
Dan yang akan mendampingi
prianya tentram di keabadian.
Kamu, perempuanmu, dan
perempuanku,
Berbanggalah,
tersenyumlah, dan indahkan citramu.
Karena pada akhirnya
derajatmu akan dtinggikan tiga kali lipat
Ketika menjadi seorang
Ibu.
Subahanallah, sungguh
kemuliaan yang tiada pernah menghinggapi kami,
Para kaum Adam.
Makassar, 08 Maret 2016
PROFIL PENULIS
Ansar
Siri,
penyuka warna merah ini menghabiskan masa kecil hingga remaja di tanah
kelahiran, Bone, Sulawesi Selatan. Cowok Capricorn ini mengemban mimpi untuk mengharumkan nama daerahnya melalui tulisan.
Kecintaannya
pada dunia menulis berawal dari kebiasaan menulis catatan harian.
Lebih dekat dengan penulis;
Email :
ansarsiri357@gmail.com
Facebook : Ansar Siri
Twitter : @SiriAnsar
*Puisi ini lolos sebagai kontributor lomba cipta puisi bertajuk Perempuan dalam Aksara yang diadakan oleh group Sajak-Sajak Anak Negeri bersama Penerbit Rumah Kita. Kemudian diterbitkan secara indie dengan buku berjudul "Perempuan Dalam Aksara" ; April 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar