Kamis, 02 November 2017

Review Novel: Stick With You



Judul            : Stick With You

Penulis        : Viera Fitani

Penerbit      : Gagas Media

Tebal            : 195 hlm

ISBN             : 978-979-780-904-1

Blurb:
Jika saja aku dapat memilih jalan keluar, mungkin aku tak akan mengenal air mata. Jika saja aku tahu ke mana harus melangkah, mungkin aku tak akan merasakan sesak di dada.

Karena satu kesalahan, Alaric dan Sandra harus membuat sebuah perjanjian. Mereka akan tinggal bersama sampai bayi yang dikandung Sandra lahir tanpa ikatan apa pun.

Namun, cinta kerap kali menyusup diam-diam tanpa bicara. Singgah ke dalam relung hati dan enggan untuk pergi. Alaric menepis itu. Baginya cinta hanyalah omong kosong belaka. Sementara, rasa sakit hati di masa lalu membuat Sandra enggan mengakuinya. Tapi sekali lagi, cinta itu terlalu kuat untuk dilawan.

Bila Alaric tak lagi percaya pada cinta, mengapa ia takut kehilangan Sandra? Bila Sandra terlalu takut kecewa, mengapa ia begitu menginginkan hati Alaric?

_*_

Alur Cerita:
"Hatiku sama seperti piring ini, kosong tidak berisi apa pun. Pada akhirnya aku hanya sendirian. Tidak ada lagi Aninditaku, semangatku."_(hal 20)

Bagi Alaric, dulu Anindita adalah semangatnya. Wanita yang sangat dicintainya namun tak pernah benar-benar ia utarakan hingga kesempatan itu menguap. Kalau boleh jujur, sampai detik ini pun wanita itu masih semangat hidupnya. Tapi tidak boleh, sebab ia sudah halal untuk lelaki lain.

Alaric sedang jenuh pada pekerjaannya, hidup, dan semuanya. Gairah hidupnya seakan hilang sejak ayahnya mematahkan cita-citanya untuk menjadi musisi. Sejak saat itu rencana hidupnya berantakan. Meski ia berhasil membuat ayahnya bangga akan pencapaiannya di perusahaan, tapi sesungguhnya ia tak pernah benar-benar merasa hidup.

Babak baru kehidupan Alaric dimulai di malam perayaan pesta yang diadakan kantornya. Tepatnya saat bertemu dengan wanita yang menangis sendirian di taman, Sandra.

Alaric yakin tak salah dengar, tapi wanita di depannya baru saja mengatakan bahwa ia hamil. Apa-apaan ini? Bahkan kalau boleh jujur, namanya saja ia tidak terlalu ingat, terlebih untuk kejadian itu. Oke, mereka sama-sama mabuk dan langsung membuahkan hasil.

Alaric heran, ia sering melakukannya dengan banyak wanita, tapi tidak ada yang sampai hamil. Ada apa dengan yang satu ini, baru sekali langsung hamil?

Sikap Alaric yang sulit percaya di awal membuat Sandra muak. Ia memilih pergi, menolak tawaran pertanggungjawaban Alaric yang hanya berupa materi. Ia butuh status, butuh dinikahi.

Masalahnya, menikah sama sekali belum masuk dalam rencana hidup Alaric. Membayangkannya saja enggan. Tapi Alaric tak sebejat itu. Bagaimana pun, bayi dalam kandungan Sandra adalah bagian dari dirinya. Nuraninya terpanggil untuk peduli.

“Aku memang tidak mencintainya. Tidak punya rasa terhadapnya. Tidak ingin menikahinya. Namun aku ingin bertanggung jawab. Aku ingin Sandra dan anakku kelak tidak hidup dalam kesulitan. Sesederhana itu. Bukankah aku bajingan yang budiman?”_(hal 44)

Sialnya, Sandra wanita paling keras kepala dan aneh yang pernah ditemuinya. Bukan hal mudah membujuknya, terlebih menyetujui rencana pertanggungjawaban Alaric.

Dalam usahanya membujuk, perlahan-lahan membuat Alaric tahu latar belakang kehidupan wanita yang tak sengaja dihamilinya itu--yang ternyata teramat suram.

“Mungkin aku sudah menemukan cara menghadapi wanita gila itu, tak lain tak bukan adalah menjadi gila juga.”_(hal 81)

Diam-diam Alaric mulai menikmati kehadiran Sandra. Sikap galak cewek itu malah dianggapnya lucu. Mereka seperti tikus dan kucing yang terjebak di satu kandang.

Itu awalnya, tapi mereka sama-sama orang dewasa normal yang sedang tinggal seatap, terlebih Alaric yang sudah menjadikan sex seperti cemilan saja. Tidak ada yang tahu ke depannya.

Tapi Sandra memang ajaib, kehadirannya menumbuhkan kesadaran di benak Alaric untuk berubah lebih baik. Alaric selalu beralibi, perubahannya itu bentuk kepedulian pada bayinya di kandungan Sandra. Padahal kalau mau sedikit jujur, ia mulai mencintai wanita yang secara tampilan sungguh di luar kriterianya itu.

Sandra sendiri cukup takjub ketika Alaric mulai bisa menerimanya. Padahal menurutnya, pasti tidak ada pria yang tertarik dengan tampang galaknya. Nahas, ketika ia pun mulai mengakui perasaannya, kecerobohan Alaric mengacaukan segalanya.

Apa yang terjadi sebenarnya? Bagaimana akhir kisah unik mereka? Segera miliki bukunya dan baca sendiri, ya. Hehehe ....

_*_

Review:
Tema novel ini cukup umum sebenarnya, saya pernah membaca beberapa yang sejenis. Hanya saja, penulis berhasil menghadirkannya dalam kemasan unik dan sungguh berbeda dari yang pernah ada.

Ini tentang Sandra yang menganggap semua laki-laki berengsek, dan Alaric yang tahu caranya bersenang-senang dengan setiap wanita tanpa melibatkan perasaan. Kebayang, kan, gimana kacaunya saat takdir mempertemukan mereka?

POV 1 meleluasakan penulis untuk bertutur santai, sok akrab, agak konyol, dan asyik tentunya. Inti cerita disampaikan secara lugas tanpa banyak basa-basi, membuat saya lebih cepat mengenal tokoh-tokohnya.

Bicara soal tokoh, saya suka sosok Alaric yang digambarkan super liar tapi diam-diam berhati lembut--dan punya titik rapuh juga. Dan sejatinya kekuatan novel ini ada pada kekonyolan interaksi Alaric dan Sandra yang bikin senyum-senyum sendiri, dan bisa pula baper di saat bersamaan.

Meski dalam porsi kecil, novel ini mengajak kita untuk terus menjunjung impian, sebab pada akhirnya ia akan terwujud dengan cara paling ajaib.

Yang agak mengganggu di benak saya, beberapa bagian perpindahan adegannya agak kaku, serta interaksi beberapa tokoh yang kurang konkret. Sejauh ini saya masih sulit berdamai dengan novel jebolan wattpad yang menghadirkan part tambahan setelah kata "Tamat", ala-ala wattpad banget. Menurut saya agak aneh. Jika sudah dalam bentuk buku, tidak bisakah tidak perlu ada part tambahan? Atau diedit, dilakukan penyesuaian dan bergabung dengan bagian utama? Bukan sebagai part tambahan setelah cerita dianggap berakhir. Bukan masalah besar, kok, balik lagi soal selera.

Novel ini cocok banget buat kamu yang ingin menikmati sajian cerita dengan konflik yang cukup berat sebenarnya, namun oleh penulis disampaikan secara konyol dan sedikit menggelitik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar