Selasa, 12 September 2017

Review Buku: Ubah Patah Hati Jadi Prestasi



Judul            : Ubah Patah Hati Jadi Prestasi

Penulis        : Dwi Suwiknyo

Penerbit      : Quanta

Tebal            : 266 hlm

ISBN             : 978-602-02-9393-6

Blurb:
Urusan hati memang paling sulit dipahami, tetapi bukan berarti kita harus menyerah begitu saja. Apa pun penyebabnya, lantaran cinta bertepuk sebelah tangan, putus cinta, atau karena dihina orang lain. Ingat, patah hati bukan akhir segalanya. Pun patah hati bukanlah akhir hidup kita. Masa depan masih bisa kita rancang dan pada hari ini pun masih banyak hal positif yang pastinya bisa kita perjuangkan. Bagaimana mungkin kita menangisi satu orang yang pergi meninggalkan kita begitu saja, sedangkan kita masih memiliki sahabat dan keluarga yang menyayangi kita?

Yuk, move on, baca buku ini selembar demi selembar. Dapatkan kejutan menarik di setiap kisah yang disajikan, pikirkan setiap ulasan yang ditayangkan, dan ikutlah merenung di halaman khusus setiap akhir babnya. Dan semoga senyum itu kembali mencerahkan wajah kita seperti sinar matahari yang menyinari hari-hari yang indah. Ubah patah hati jadi prestasi!

Isi buku:
Bagian awal buku ini menyadarkan kita akan makna pacaran yang mungkin di antara kita masih banyak salah tanggap selama ini. Bukankah patah hati memang banyak berasal dari urusan asmara? Banyak orang yang dibutakan cinta hingga rela melakukan hal-hal bodoh yang justru memperburuk keadaan. Buku ini hadir untuk mencegah hal macam itu.

Jika setiap masalah bisa kita jadikan tempaan, maka sejatinya semakin sering kita melalui rasa sakit, maka jiwa kita semakin tampil memesona. Di sana pulalah kualitas diri kita akan terbentuk. Yang penting kita bisa bersikap tenang dalam menyelesaikan setiap urusan duniawi.

Kita terlahir unik. Artinya, kita pasti memiliki potensi yang tidak dimiliki orang lain. Tinggal bagaimana kita mampu mengenali dan mengembangkannya. Bagaimana caranya? Semua dipaparkan secara rinci dalam buku ini.

Agar hati tetap bersih sebaiknya jangan terlalu sibuk mengurusi orang lain, mending melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk diri sendiri. Dalam buku ini ada sub bab yang menyarankan agar segala aktivitas yang kita lakukan sebaiknya terjadwal. Sebab hidup akan lebih optimal jika segala sesuatunya terjadwal.

Segala usaha pasti menemui rintangan. Namun para pemenang tentu takkan kalah dengan rintangan apa pun. Hadapi, jangan berkeluh kesah. Sebab keluh kesah hanya akan melemahkan mental.

Setiap apa yang kita kerjakan sebaiknya didasari niat yang tulus, jangan karena hanya ingin mendapatkan pujian. Buku ini menegaskan, bahwa kontribusi jauh lebih penting daripada popularitas. Lakukan saja yang terbaik untuk diri sendiri, soal hasil, insya Allah tidak akan bertolak belakang. Dan ingat, jangan berjuang sendiri. Buka diri untuk menerima masukan orang lain atau meluangkan waktu untuk berdiskusi. Sebab pekerjaan sepeleh pun pasti butuh dukungan dari pihak lain. Sekarang bukan lagi zamannya Super Man atau Super Boy, kini zamannya Avengers (super team).

Dua bab terakhir banyak-banyak bersinggungan dengan waktu. Bagaimana waktu itu sangat penting dan sekiranya tidak ada yang terbuang percuma. Dan ingat, tidak perlu menunggu tua untuk tobat, sebab ajal sungguh tak ada yang bisa menebak.

Beribadah untuk akhirat sangat penting, tapi ingat, ibadah wajib tetap diutamakan. Jangan sampai yang wajib terbengkalai karena sibuk mengejar yang sunnah. Dalam buku ini dipaparkan beberapa contoh yang mungkin sering terjadi dalam keseharian kita.

Kita mungkin sering berdoa apa-apa yang kita inginkan. Setiap hari, setiap akhir shalat, tanpa jenuh. Tapi, apakah diri kita sudah benar-benar bersih untuk memohon? Membaca bagian ini saya agak tersentil. Hehehe....

Mau tahu lebih banyak? Segera miliki bukunya dan baca sendiri, ya!

Review:
Membaca buku ini kepribadian kita seolah dibentuk ulang perlahan-lahan. Kisah-kisah yang dihadirkan mampu mengangkat kita dari kemalasan. Terlebih ditambah "Inspirasi Hati", serangkum kata penggugah di setiap akhir sub bab.

Awalnya saya pikir buku ini hanya akan membahas ruang lingkup hati, ternyata cakupannya amat luas. Meski saya jarang banget baca buku non fiksi, tapi buku ini punya daya pikat yang bikin betah.

Dan yang paling saya suka, buku ini tak luput membahas keutamaan orangtua, agar kita tak melupakan mereka dan selalu meluangkan waktu untuk bertanya kabar. Kita memang tak bisa sering-sering menjenguk mereka, tapi sekadar mendengar suara kita lewat telepon, sungguh sudah sangat membahagiakan bagi mereka.

Buku ini cukup komplit, memang cocok dijadikan panduan agar tak melulu berurusan dengan penyakit hati. Setiap sub bab seolah anak tangga yang menuntun kita menuju pribadi yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar