Rabu, 10 Januari 2018

Review Novel: Never Let You Go



Judul            : Never Let You Go

Penulis        : Titi Sanaria

Penerbit      : Namina Books

Editor           : Anggia Eka & Eviliana Elsiva

Cetakan       : Pertama, 2017

Tebal            : 235 hlm

ISBN             : 978-602-60229-4-3

Blurb:
Bagi Bayu, Renata adalah lambang tembok kokoh yang tak tergoyahkan. Gadis itu berbeda daripada semua gadis yang pernah dikenalnya, baik penampilan maupun sikapnya. Mungkin itulah yang kemudian membuatnya jatuh cinta. Hanya saja, mencintai gadis yang lebih suka mengepakkan sayap dan terbang seperti burung daripada tinggal diam, itu tidak mudah. Namun, jauh lebih sulit membayangkan hidup tanpa gadis itu.

Ketika Bayu mengira Renata akan tetap di sisinya, gadis itu memilih melepas Bayu untuk mengejar impiannya. Bayu harus memutuskan, apakah dia menyerah dan menyelamatkan harga diri, atau tetap mencari jalan untuk menggapai cinta Renata?

_*_

Alur Cerita:
Bayu mengalami hari sial. Ketergesaannya demi sebuah presentasi berakhir dengan kecelakaan. Mobilnya menabrak seorang gadis. Hal itu tentu saja mengacaukan semua rencanyanya, dan mau tidak mau harus berurusan dengan gadis itu dan rumah sakit untuk sementara waktu.

Sial. Gadis itu bukan tipe orang yang dengan senang hati menerima perhatian Bayu, orang yang sudah menabraknya. Ia malah berkali-kali mengusir Bayu, seolah benar-benar tidak butuh pertanggungjawaban.

Tapi Bayu berusaha melawan rasa kesal akibat tidak dihiraukan. Sampai gadis itu sembuh seperti sedia kala, ia merasa bertanggung jawab sepenuhnya. Bahkan, ia mengganti semua barang-barang mahal dalam ransel gadis itu yang ikut rusak setelah kecelakaan.

Setelah beberapa hari disuguhkan sikap tidak bersahabat oleh Renata, gadis yang ditabraknya, Bayu merasakan ada yang aneh dalam dirinya. Bahkan, meski dalam balutan perban, ia masih sempat menilai bahwa Renata cukup cantik. Aneh.

"Mengapa aku tidak sekesal yang aku inginkan? Aku tidak pernah diabaikan orang lain sebelumnya, dan seharusnya keadaan ini membuatku marah. Namun aku tak bisa semarah yang kuinginkan. Aneh."_(hal 36)

Setelah Renata keluar dari rumah sakit, Bayu tidak langsung lepas tanggung jawab. Ia mengunjungi apartemen gadis itu setiap hari, meski kehadirannya seolah hanya dianggap sebagai pengganggu.

Hingga suatu hari ia menemukan Dito di apartemen Renata, laki-laki super ramah untuk ukuran baru kenal. Ia terlihat sangat akrab dengan Renata. Mereka bahkan punya nama unik untuk memanggil satu sama lain. Anehnya, ia sama sekali tidak marah kepada Bayu yang telah membuat Renata celaka.

Bayu merasa ada yang salah. Jika hanya sebatas gadis yang pernah ditabraknya, seharusnya Renata tidak perlu memenuhi pikirannya sedemikian rupa. Ia memutuskan untuk melakukan detoksifikasi. Tapi gagal. Semua sikap tidak mengenakkan Renata yang seharusnya bikin kesal bila meningatnya, justru membuatnya rindu. Ia harus menemuinya secepatnya. Tapi gadis itu sudah sembuh, dan kembali bertualang demi misi tertentu.

“Gadis kurus itu benar-benar sudah meracuni pikiranku dengan dosis yang mematikan. Anehnya, itu membuatku tersenyum tanpa alasan, alih-alih sebal.”_(hal 82)

Berawal dari aksi membobol apartemen Renata karena kekhawatiran stadium empat setelah tidak mendapat kabar berhari-hari, melalui Mas Tanto--kakaknya--Bayu menemukan titik terang tentang siapa Renata sebenarnya. Menurut Mas Tanto, gadis itu adalah Renata Winata, fotografer profesional yang sudah menjadi ikon di banyak klub-klub fotografer karena pencapaian gemilangnya. Benarkah? Meski kemungkinannya besar, Bayu tetap tidak yakin. Mengingat bagaimana potongan gadis itu, rasanya mustahil.

Perihal Renata benar-benar Renata Winata seperti kata Mas Tanto atau bukan, Bayu tidak begitu peduli. Baginya, gadis itu tetap korban kecerobohannya yang kemudian mencuri hatinya dengan cara teramat lancang.

Di tengah kegelisahan akan keberadaan Renata, Bayu agak direpotkan dengan kehadiran Ruby, gadis manja yang menginginkan cintanya sejak lama. Sekarang malah menjadi salah satu partner kerjanya. Alih-alih menuruti kegilaan Ruby, Bayu terus berusaha menghubungi Renata. Hingga suatu hari ia berhasil mendengar suara gadis itu, meski teramat singkat. Selanjutnya, Renata mulai rajin mengirimi Bayu pesan, memgabarkan posisinya. Dan itu sangat melegakan bagi Bayu.

Kerinduan Bayu semakin memuncak. Untungnya, beberapa hari yang lalu Renata mengabarinya, akan pulang ke Jakarta kira-kira empat hari lagi.

“Aku tersenyum mengingatnya. Berarti dua hari dari sekarang aku akan bertemu dengannya. Kulitnya pasti lebih hitam karena terbakar matahari. Mungkin juga berbau asin laut, tetapi aku tidak peduli. Selama bisa melihatnya, diberi tatapan jutek pun aku akan terima dengan senang hati.”_(hal 83)

Namun, sebelum hari itu tiba, Bayu mendapati gedung apartemen Renata kebakaran. Bayu miris membayangkan salinan foto dan semua hasil kerja gadis itu habis terbakar di dalam sana. Di saat sekalut itu, Bayu menerima telepon dari Mas Tanto, mengabarkan tenggelamnya speedboat tim National Geographic yang mengadakan ekspedisi di Maluku Utara. Beberapa orang belum ditemukan, salah satunya Renata Winata.

Bagaimana kepastian nasib Renata? Bagaimana pula Bayu menghadapi semua ini? Segera miliki bukunya dan tuntaskan babak perjuangan cinta Bayu.

_*_

Review:
Dari awal membaca novel ini saya langsung jatuh cinta. Sajian roman komedi yang leluconnya segar, natural, sama sekali nggak ada kesan maksa. Lucunya tipis-tipis aja sebenarnya, tapi membekas. Meskipun pertemuan Bayu dan Renata terbilang klise, tapi penulis berhasil membuatnya sangat menarik. Bahasanya renyah dan memercik segar. Gaya bercerita penulis santai namun terpola dengan baik, membuat kita cepat merasa terlibat dalam cerita. Kata per kata terangkai manis, bikin geregetan, dan sungguh menghanyutkan. Selain informatif, gugusan kalimatnya serupa mengandung magnet yang mencegah kita untuk berpaling.

Salah satu hiburan tersendiri di sepanjang membaca novel ini adalah adanya kutipan di awal bab yang berhasil memancing rasa ingin tahu hingga membuat berpikir, "wah, bab ini kayaknya seru, deh". Mood booster banget, sukses menjaga kestabilan emosi. Pokoknya, dinamika bercerita penulis saya acungi jempol. Dari awal hingga akhir suhunya naik terus, sama sekali tidak ada bagian yang membosankan.

Yang tak lupa saya garis bawahi, di sini saya banyak memunguti kata-kata baru yang penggunaannya belum saya temukan di novel lain. Dan lagi, Renata dengan profesinya sebagai fotografer yang mengharuskannya bertualang, membuat novel ini hidup dengan nyawanya sendiri--yang belum dipunyai novel lain.

Jujur, saya sangat kesulitan menemukan cela novel ini. Yang saya tahu, saya terhibur. Intinya, novel ini cocok banget untuk siapa pun, agar lebih paham bahwa cinta memang soal klik. Dan ketika ketemu, ia wajib diperjuangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar