Jumat, 26 Januari 2018

Review Novel: Dear Heart, Why Him?



Judul            : Dear Heart, Why Him?

Penulis         : Haula S

Penerbit      : Bentang Pustaka

Editor           : Hutami Suryaningtyas & Dila Maretihaqsari

Layout          : Larasita Apsari

Cetakan        : Pertama, November 2017

Tebal             : 252 hlm

ISBN              : 978-602-430-188-0

Blurb:
“Jangan mengharapkan sesuatu yang indah saat jatuh cinta, tapi sibuklah mempersiapkan hatimu untuk menghadapi seribu satu hal yang menyakitkan.”

Bela benci Dalvin yang selalu membuatnya kesal. Ia heran, kenapa orang-orang nggak ilfeel, ya, sama Dalvin? Bisa, ya, tingkah nyebelin itu termaafkan karena wajah ganteng dan postur yang kata orang body goals? Huft!

Akan tetapi, nggak butuh waktu lama untuk Bela menyadari pesona Dalvin. Nggak butuh waktu lama untuk Bela merasakan jantungnya seolah mau lepas dengan sikap-sikap manis Dalvin. Dunia terbalik. Bela suka Dalvin. Sayangnya, itu terjadi saat hubungan mereka telah terkukuhkan dengan status persahabatan. Bela tahu ini akan sulit.

_*_

Alur Cerita:
Gara-gara nonton drama Korea sampai lewat tengah malam, Bela telat bangun dan harus berebut tempat parkir dengan Dalvin di sekolah.

"Lah, siapa yang berani ngambil tempat parkir gue?" sungutnya kesal. Ia menekan klakson berkali-kali, tetapi tak ada respons dari mobil di depannya._(hal 3)

Sejak saat itu ada-ada saja yang menautkan hari-hari dua remaja yang hobi saling serang saat berhadapan itu. Mulai dari dihukum bareng, pertemuan tak terduga di minimarket, dan puncaknya saat Bela kecelakaan.

Bagi Bela, saat ini tak ada yang lebih menjengkelkan dari Dalvin. Jangankan ketemu, sekadar mengingat saja emosinya bisa meluap-luap.

Bagi Dalvin, Bela cewek teraneh dan brutal yang pernah dikenalnya. Tapi anehnya, saat cewek itu tak sadarkan diri pasca kecelakaan, ia tidak tega meninggalkannya sendirian, meski otaknya sudah menuntut untuk tidak peduli.

Bela yang terpaksa harus dirawat di rumah sakit mendapatkan kiriman bunga mawar dari pengirim misterius berinisial "G".

Kiriman bunga mawar semacam itu beberapa kali Bela dapatkan selama di rumah sakit. Namun hingga Bela keluar, pelakunya belum terungkap. Tidak sampai di situ, saat mulai masuk sekolah pun, kiriman bunga itu datang lagi.

Entah atas pertimbangan apa, Dalvin mulai melunak terhadap Bela. Bahkan ia terang-terangan mengajukan perdamaian, yang justru membuat Bela merasa aneh.

“Dalam hati, Bela menggerutu. Yang memulai peperangan, kan, Dalvin sendiri. Kemarin-kemarin, kan, Dalvin yang seperti anak kecil, membuatnya kesal dan gondok. Sekarang malah Dalvin yang meminta maaf. Membingungkan.”_(hal 64)

Sampai di sini terungkap bahwa sebenarnya Hati Dalvin telanjur tertawan pada sosok Kanya, cewek yang tengah berjuang antara hidup dan mati.

Sejak permintaan maaf Dalvin yang membuat Bela keheranan, hubungan mereka perlahan-lahan membaik. Bela tiba di titik tak mampu menolak pesona Dalvin, tidak sedikit pun. Bahkan wangi tubuh cowok itu terasa sangat memabukkan. Namun satu hal yang belum Bela ketahui, Dalvin tidak mungkin lantas berubah baik seperti itu tanpa alasan tertentu.

Karena kebetulan kenal dengan kakak perempuan Dalvin, Bela berkesempatan main ke rumah cowok itu pada suatu hari dan melihat langsung koleksi lukisannya, yang katanya hanya bisa dilihat oleh orang tertentu. Di antara banyaknya lukisan yang terpajang di dinding, satu lukisan terlihat beda dan paling mencolok di mata Bela--lukisan gembok.

“Arti gembok buat gue adalah benda yang berguna banget. Bisa nyimpan sesuatu berharga. Tapi, gembok nggak akan bisa berfungsi kalau nggak ada kunci. Kalo gembok cuma sendirian, nggak akan berguna. Setiap gembok punya kuncinya masing-masing. Nggak bisa dituker sama kunci lain, hanya satu kunci yang bisa buka satu gembok. Jadi, gembok dan kunci itu berhubungan.”_(hal 95)

Pada kunjungan tak terencanakan itu Bela juga akhirnya tahu nama kecil Dalvin--Pipin--yang terdengar lucu namun cute. Hehehe ....

Bela berusaha keras mengingkari perasaannya, tak ingin patuh pada kenyataan bahwa ia mulai menyukai Dalvin, meski hatinya sudah teramat menggilai semua yang ada di cowok itu.

Di balik hubungannya dengan Dalvin yang semakin membaik, si pengirim bunga mawar misterius masih terus beraksi. Diam-diam Bela berharap Dalvin pelakunya. Ia akan sangat bahagia jika penggemar rahasianya benar-benar Dalvin. Namun, ketika si pelaku akhirnya terbongkar, masalah baru datang.

Siapa gerangan si pengirim bunga mawar itu sesungguhnya? Segera miliki buku ini untuk tahu jawabannya. Hehehe ....

_*_

Review:
Saya merasa klik dengan novel ini setelah menyelesaikan sepertiga bagian awal yang menurut saya kurang nendang. Opening-nya terlalu sering dijumpai di novel lain. Namun menuju ke tengah, saya mulai menyatu dengan cara bertutur penulis. Kalimatnya manis, cute, sampai bikin pengin emut. Hehehe ....

Saya sampai terlena, karena setiap scene kadar bapernya tinggi banget. Karena ini novel remaja, konfliknya memang tidak terlalu rumit, tapi banyak teka-teki yang berhasil menjerat pembaca agar tidak mudah berpaling. Selain itu penulis juga pandai menghadirkan hal-hal kecil sebagai bumbu penyedap yang bikin kita makin betah dan tak bosan untuk mencari tahu, ada apa di lembar selanjutnya.

Interaksi Dalvin dan Bela ngangenin banget. Ditinggal bentar, kekonyolan mereka terbayang-bayang. Oh ya, saya juga suka banget taste humor yang sesekali diselipkan penulis. Lucunya beda, spontan dan segar.

Namun, seperti yang saya bilang di awal, opening-nya kurang nendang. Beberapa bagian bahasanya agak kaku, terkadang berlebihan mendeskripsikan sesuatu. Khas bacaan remaja memang, tapi menurut saya diperhalus dikit akan lebih oke. Saya juga menemukan beberapa typo yang agak mengganggu kenikmatan membaca.

Overall, novel ini cocok banget untuk kamu yang menginginkan bacaan remaja murni untuk hiburan. Konfliknya nggak bikin tegang. Kita bacanya enjoy, meski sesekali dibikin baper banget oleh Dalvin dan Bela. Pelajarannya adalah, kalau nggak suka sama seseorang, terlebih lawan jenis, bencinya jangan kebangetan. Nanti malah berbalik jadi cinta loh. Hehehe ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar