Rabu, 08 Februari 2017

Puisi: Sajak-Sajak Pelangi




Andai Ini Sujud Terakhirku

Tema    : Religi
Karya   : Ansar Siri

Aku belingsatan di tengah gemilap
Merangkum setiap kilauan hiasan dunia
Tubuh makmur, berlumuran harta benda
Tapi tidak hati!

Sesering apapun air suci menyesapi lekuk tubuhku
Tak mampu mengikis gumpalan debu di sekeping rasa
Memadat, hingga menyesaki pelataran sukma
Aku teramat kotor!

Seruan sembah menggetarkan bilik hati
Di sepertiga malam—ketika sejuk merayu raga
Aku terjaga ….
Menerawang sayu di beranda kelam yang berkarat

Andai ini sujud terakhirku
Izinkan kucicipi wewangian ampunan-Mu!
Sebelum kening ini kuangkat
Indahkanlah air mataku menganak sungai di sajadah usang
Hingga gundukan dosa nan telak
Melebur … seiring terbitnya sang fajar

Makassar, 02 Juni 2016

-----------------------------------------------------------------



Biarkan Tangan Tuhan Menari

Tema    : Sosial
Karya   : Ansar Siri

Dedoa menyembur, berpacu debu jalanan
Sejumput angan mengakari sengat mentari
Asa berantai, bertunas di setiap kepingan uang logam
Merembes dari tangan-tangan berpayung iba

Gadis cilik berkulit legam itu … ringkih!
Berdamai di bawah bayangan selembar koran lusuh
Hadirnya nyaris tak terdeteksi
Tangan menengadah, serupa bayangan tanpa nyawa
Suara lirih, senada hiruk-pikuk—memuakkan!

Sekeping uang logam di telapak tangannya nan dekil
Punyai kemuliaan ….
Daripada amplop hitam bersegel dusta
Yang beringsut di balik kaca mobil—licin mengkilap
Atau wajah-wajah pahlawan yang terpasah
Di liang kantong seragam berpangkat wibawa

Di balik kawanan asap knalpot yang membaluri biji mata
Ia menerawang seberkas cahaya berwarna mimpi
Telah ia awali langkah kecil di undakan perjuangan bertuan takdir
Tak ada gentar, tepis ragu!
Biarkan tangan Tuhan menari!
Sang Sutradara drama jalanan

Makassar, 04 Juni 2016

-------------------------------------------------------------------


Lampion Nelayan

Tema    : Perjuangan
Karya   : Ansar Siri

Seutas malam di masa kecilku
Mengakar di benak hingga lena di keabadian
Di punggung perahu tua nan lapuk
Dengan layar membentang semegah mimpi
Ayah berkisah tentang hidup, perjuangan, dan pengorbanan
Menapaki titian waktu
Sembari menanti peri laut hinggap di jala kami

Ombak mengusik pelan ketentraman yang berlaga
Membuat lampion di ujung perahu menari
Cahaya ke-emasannya menyepuh wajah ayah
Menampilkan pintalan senyum yang senantiasa hangat
Walau kini kerutan usia mengitarinya

Lampion itu terus bergoyang
Seolah hendak mementaskan kelana
Bakti setia menemani tuannya mengarungi lautan
Di tubuhnya, kulihat terjal perjuangan ayah
Di cahayanya, semburat cinta mengalun untukku, dan ibu!
Sebab lampion itu … rembulan ayah di atas perahu

Makassar, 01 Juni 2016

-----------------------------------------------------------------------

*Puisi-puisi ini sudah diterbitkan dalam buku antologi bersama dengan judul "Sajak-Sajak Pelangi" (Aqlam Media; Oktober 2016)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar