Rabu, 06 Januari 2021

Review Novel "RITUAL"

 


Judul        : Ritual


Penulis    : Jounatan dan Guntur Alam


Penerbit  : Elex Media


Tebal        : 245 hlm


ISBN          : 978-623-00-1633-2


Blurb:


Siapkan pakaian si gadis, tiga helai rambutnya, dupa, bunga kenanga juga kamboja, dan ... peti mati. Lalu datangi lokasi yang diyakini jadi tempat arwah gadis-gadis berkumpul. Niscaya roh yang tersesat akan menemukan jalan pulang ke jasadnya.


Satu-satunya cara membangunkan Nayla dari koma adalah dengan menggelar ritual untuk memanggil rohnya. Tak sembarang orang bisa melakukannya, risikonya juga tidak main-main. Nayla bisa saja mati!


Namun tepat pada tengah malam, gerbang dunia roh pun dibuka selebar-lebarnya, meski tahu bahwa imbalannya adalah darah dan nyawa ....


Review singkat:
Jujur, saya bukan penyuka novel horor, meski untuk film saya malah suka banget. Bukan karena takut, ya, tapi ... apa ya? Intinya kurang bisa menikmati. Mungkin karena hal itu, di awal saya tidak menaruh ekspektasi apa-apa terhadap novel ini. Dan, ini dosa besar!

Pas baca openingnya, wah, berasa nonton film. Tahu, kan, film-film horor biasanya diawali penampakan apa gitu. Sama, novel ini juga. Tapi yang saya acungi jempol, penggambarannya detail banget hingga ketegangan terbangun dengan sendirinya. Sebagai pembaca saya langsung bisa merasakan keresahan tokoh utamanya.

Temanya lumayan umum, tapi penulis berhasil menjadikannya sesuatu yang terasa baru. Adegan-adegan kematian dituliskan secara cantik. Maksudnya, nggak gitu-gitu aja. Penampakan hantunya juga sesuai porsi, nggak maksa pembacanya untuk takut. Justru itu yang bikin keren. Malah, saya kadang menoleh ke pojokan, mana tahu yang lagi diceritain malah ada di situ. 😁

Sebenarnya tagline cukup membocorkan isi cerita. Kendati demikian, saya tetap penasaran: kenapa dan bagaimana. Saya paling suka adegan pas ritual itu sendiri. Sumpah, kece parah. Suasananya, propertinya, ekspresi tokohnya, semuanya teracik manis. Bahkan, menurut saya adegan ini lebih kece dari kekacauan puncak menjelang ending.

Endingnya lurus-lurus aja, sesuai prediksi. Kecuali satu kalimat terakhir yang menimbulkan spekulasi baru. Mungkin karena hal ini juga si dukun dari Thailand itu nggak pernah lagi dimunculkan (ini murni spekulasi saya selaku pembaca, karena lumayan jengkel juga si dukun itu nggak pernah muncul lagi. Kesannya lari dari tanggung jawab atau emang begini rencana awalnya).

Kekurangan novel ini mungkin hanya di bagian editing yang kurang rapi. Masih ada dialog tag yang salah. Lebih parah lagi ada kata yang menempel tanpa spasi. Dan ini lumayan banyak (untuk ukuran penerbit sekelas Elexmedia).

Overall, saya sangat terhibur dengan novel ini. Bisa jadi dari sini saya jadi suka novel horor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar