Sabtu, 08 April 2017

Review Novel: JUPITER (Sang Pengendali Mimpi)




Judul              : JUPITER (Sang Pengendali Mimpi)

Penulis           : Ragiel JP

Penerbit         : Arsha Teen (Bekerjasama dengan Penerbit Loka Media)

Tebal             : 315 hlm

ISBN            : 978-602-6436-09-2

BLURB:
Namaku Jupiter. Remaja berusia enam belas tahun yang mempunyai kelainan tak biasa. Aku bisa masuk ke dalam mimpi seseorang hanya dengan menyentuh kulit si pemimpi.
Aku sudah terbiasa masuk ke dalam mimpi seseorang. Namun semua itu berubah sejak sekolahku kedatangan siswi baru bernama Anna yang ternyata mimpinya tidak bisa kutembus.
Dari Anna aku tahu bahwa aku seorang Raunt. Di saat bersamaan muncul si penyusup yang selalu menyiksaku lewat alam mimpi—dan untuk pertama kalinya aku bukan hanya sekadar penjelajah mimpi, tapi aku terlibat dengan berbagai fenomena mengerikan tentang misteri mayat-mayat yang terbunuh dengan cara tak wajar.

Saya penyuka genre fantasy yang tidak sepenuhnya menggunakan elemen khayalan. Misal tempat dan kehidupan sehari-hari tokoh masih ada di dunia nyata. Seperti novel ini, memilih Banyuwangi sebagai setting utama yang dipadukan dengan alam mimpi untuk membangkitkan suasana fantasy. Cerita berpusat pada kehidupan remaja SMA berusia 16 tahun (Jupiter) yang memiliki bakat langka.
Dibuka dengan prolog yang langsung mengundang minat baca untuk lekas melahap halaman berikutnya. Deretan kalimat yang sukses memetakan tanya di benak pembaca. Cerita ini mulai hidup sejak kemunculan Anna yang tidak bisa ditembus mimpinya oleh Jupiter. Dari sini romansa percintaan yang melibatkan persahabatan pun mulai memberi warna. Itu hanya awal. Penulis kemudian menggiring kita masuk ke masalah yang dihadapi Jupiter. Mulai dari serentetan mimpi aneh tentang mayat yang digantung terbalik, hingga kemunculan sosok berjubah gelap di sekitarnya.

Sekitar lima meter di belakang mobil, seseorang berjubah gelap sedang berdiri menghadap ke arah kami. Siraman cahaya lampu yang redup menambah kesan mistik sosok berjubah gelap itu. membuatku sedikit merinding. (hal 38-39)

Di tengah ketegangan, ada bagian yang sedikit menggelitik dan membuat saya berpikir, jika saya yang memiliki bakat Jupiter, mungkin benar akan melakukannya. (hehehe … bercanda!)

Aku terus mencoba menebak-nebak sesuatu yang belum pernah kulakukan di dalam mimpi lucid ini, hingga akhirnya aku sampai pada titik di mana sebuah pikiran nakal berkelebat di dalam kepalaku. Namun, sebelum aku menciptakan mimpi sensual itu, aku segera membuang jauh-jauh fantasi itu, mengingat bahwa usiaku belum genap tujuh belas tahun. (hal 242)

Ketegangan mulai meningkat ketika sosok berjubah gelap mendatangi rumah Jupiter.

Pertama-tama aku melihat sosok gelap di luar jendela kamar, dan sekarang sosok gelap itu mendatangi rumahku, berkata bahwa dia ingin bertemu denganku. Aku yakin akan terjadi sesuatu yang buruk dengan semua kejadian demi kejadian yang terjadi beberapa hari ini. (hal 247)

Selain ketegangan yang ditarik ulur, beberapa bagian novel ini cukup informatif. Misal ketika penulis menjabarkan salah satu penyakit otak dan mitologi Yunani.

“Ada istilah Skizofrenia, salah satu penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan dopamin. Tapi tenanglah, Jupiter, aku yakin apa yang terjadi padamu bukan karena Skizofrenia. Aku percaya terhadap Anna, jika kamu seorang Raunt.” (hal 108)

“Dalam mitologi Yunani Morfeus diceritakan sebagai pembentuk mimpi, dia adalah pemimpin para Oneroi atau Raunt. Mereka juga diceritakan bisa menjelma menjadi manusia dan memasuki mimpi manusia-manusia yang dikehendakinya.” (hal 264)

Jika Anda tipe orang yang suka menebak-nebak ketika membaca cerita, sebaiknya berhati-hati dengan novel ini. Penulis sangat pandai menyimpan rahasia dan membangun tameng dengan rapi. Saya terkecoh. Larut dalam cerita tanpa sempat memikirkan sedikit pun hal yang disembunyikan penulis di ending. Apa itu? Silakan cari tahu sendiri.
Selain beberapa typo, menurut saya yang kurang dari buku ini adalah pertarungan terakhir Jupiter dengan si penyusup, kurang spektakuler. Saya membayangkannya bisa lebih dari itu. Juga penyebab Jupiter tidak bisa menembus mimpi Anna. Awalnya saya pikir ada sesuatu yang akan berpengaruh besar terhadap cerita, nyatanya tidak ada (atau jangan-jangan saya yang kurang menangkap).
Terlepas dari hal itu, menurut saya novel ini berhasil memberikan warna baru, hidangan segar untuk para pencinta fantasy.

2 komentar:

  1. Ulasannya bagua banget. Kayaknya Jupiter ini akan ada sekuel kedua, soalnya di endingnya saja masih berasa penasaran. Kalau bisa, buat sekuel keduanya gitu. Hihi. :)

    BalasHapus