Judul : JUPITER (Sang Pengendali Mimpi)
Penulis : Ragiel JP
Penerbit : Arsha Teen (Bekerjasama dengan
Penerbit Loka Media)
Tebal : 315 hlm
ISBN : 978-602-6436-09-2
BLURB:
Namaku Jupiter. Remaja
berusia enam belas tahun yang mempunyai kelainan tak biasa. Aku bisa masuk ke
dalam mimpi seseorang hanya dengan menyentuh kulit si pemimpi.
Aku sudah terbiasa masuk
ke dalam mimpi seseorang. Namun semua itu berubah sejak sekolahku kedatangan
siswi baru bernama Anna yang ternyata mimpinya tidak bisa kutembus.
Dari Anna aku tahu bahwa
aku seorang Raunt. Di saat bersamaan muncul si penyusup yang selalu menyiksaku
lewat alam mimpi—dan untuk pertama kalinya aku bukan hanya sekadar penjelajah
mimpi, tapi aku terlibat dengan berbagai fenomena mengerikan tentang misteri mayat-mayat
yang terbunuh dengan cara tak wajar.
Saya penyuka
genre fantasy yang tidak sepenuhnya menggunakan elemen khayalan. Misal tempat
dan kehidupan sehari-hari tokoh masih ada di dunia nyata. Seperti novel ini,
memilih Banyuwangi sebagai setting utama yang dipadukan dengan alam mimpi untuk
membangkitkan suasana fantasy. Cerita berpusat pada kehidupan remaja SMA
berusia 16 tahun (Jupiter) yang memiliki bakat langka.
Dibuka dengan
prolog yang langsung mengundang minat baca untuk lekas melahap halaman berikutnya.
Deretan kalimat yang sukses memetakan tanya di benak pembaca. Cerita ini mulai
hidup sejak kemunculan Anna yang tidak bisa ditembus mimpinya oleh Jupiter.
Dari sini romansa percintaan yang melibatkan persahabatan pun mulai memberi
warna. Itu hanya awal. Penulis kemudian menggiring kita masuk ke masalah
yang dihadapi Jupiter. Mulai dari serentetan mimpi aneh tentang mayat yang
digantung terbalik, hingga kemunculan sosok berjubah gelap di sekitarnya.
Sekitar lima meter di belakang mobil, seseorang
berjubah gelap sedang berdiri menghadap ke arah kami. Siraman cahaya lampu yang
redup menambah kesan mistik sosok berjubah gelap itu. membuatku sedikit
merinding. (hal 38-39)
Di tengah
ketegangan, ada bagian yang sedikit menggelitik dan membuat saya berpikir, jika
saya yang memiliki bakat Jupiter, mungkin benar akan melakukannya. (hehehe …
bercanda!)
Aku terus mencoba menebak-nebak sesuatu yang
belum pernah kulakukan di dalam mimpi lucid ini, hingga akhirnya aku sampai
pada titik di mana sebuah pikiran nakal berkelebat di dalam kepalaku. Namun,
sebelum aku menciptakan mimpi sensual itu, aku segera membuang jauh-jauh
fantasi itu, mengingat bahwa usiaku belum genap tujuh belas tahun. (hal 242)
Ketegangan mulai
meningkat ketika sosok berjubah gelap mendatangi rumah Jupiter.
Pertama-tama aku melihat sosok gelap di
luar jendela kamar, dan sekarang sosok gelap itu mendatangi rumahku, berkata
bahwa dia ingin bertemu denganku. Aku yakin akan terjadi sesuatu yang buruk
dengan semua kejadian demi kejadian yang terjadi beberapa hari ini. (hal 247)
Selain ketegangan
yang ditarik ulur, beberapa bagian novel ini cukup informatif. Misal ketika
penulis menjabarkan salah satu penyakit otak dan mitologi Yunani.
“Ada istilah Skizofrenia, salah satu penyakit
otak yang timbul akibat ketidakseimbangan dopamin. Tapi tenanglah, Jupiter, aku
yakin apa yang terjadi padamu bukan karena Skizofrenia. Aku percaya terhadap
Anna, jika kamu seorang Raunt.” (hal 108)
“Dalam mitologi Yunani Morfeus diceritakan
sebagai pembentuk mimpi, dia adalah pemimpin para Oneroi atau Raunt. Mereka
juga diceritakan bisa menjelma menjadi manusia dan memasuki mimpi manusia-manusia
yang dikehendakinya.” (hal 264)
Jika Anda tipe
orang yang suka menebak-nebak ketika membaca cerita, sebaiknya berhati-hati
dengan novel ini. Penulis sangat pandai menyimpan rahasia dan membangun tameng
dengan rapi. Saya terkecoh. Larut dalam cerita tanpa sempat memikirkan sedikit
pun hal yang disembunyikan penulis di ending.
Apa itu? Silakan cari tahu sendiri.
Selain beberapa
typo, menurut saya yang kurang dari buku ini adalah pertarungan terakhir Jupiter
dengan si penyusup, kurang spektakuler. Saya membayangkannya bisa lebih dari
itu. Juga penyebab Jupiter tidak bisa menembus mimpi Anna. Awalnya saya pikir ada
sesuatu yang akan berpengaruh besar terhadap cerita, nyatanya tidak ada (atau
jangan-jangan saya yang kurang menangkap).
Terlepas dari hal
itu, menurut saya novel ini berhasil memberikan warna baru, hidangan segar
untuk para pencinta fantasy.
Ulasannya bagua banget. Kayaknya Jupiter ini akan ada sekuel kedua, soalnya di endingnya saja masih berasa penasaran. Kalau bisa, buat sekuel keduanya gitu. Hihi. :)
BalasHapusTerima kasih sudah mampir, Mbak.
HapusSalam santun.