Minggu, 02 April 2017

Review Kumcer: Kupu-Kupu Kematian




 Judul                 : Kupu-Kupu Kematian

Penulis               : Ade Ubaidil, dkk

Penerbit             : UNSA Press

Tebal                 : 194 hlm

ISBN                 : 978-602-74393-2-0

Kupu-Kupu Kematian memberi saya cara pandang yang baru tentang dunia anak-anak yang tidak melulu berupa lugu dan lucu atau hubungannya dengan keluarga dan diri sendiri, tetapi lebih dari itu, banyak pertanyaan yang tidak dapat kita temukan pada diri orang dewasa tetapi memungkinkan pada diri anak-anak.
-Faisal Oddang

Buku dengan sebelas cerpen pilihan ini akan mengantar para pembaca untuk menyelami sedikit di antara ruahan ‘dunia gaib’ anak-anak yang sesekali butuh diziarahi orang-orang dewasa.
-Mashdar Zainal

Membaca buku ini membuat saya tercengang. Bagaimana tidak, kita dihadapkan pada sisi lain anak-anak yang mungkin tak pernah terpikirkan selama ini. Sebelas cerpen pilihan yang disuguhkan buku ini telah melalui proses penjurian yang sangat ketat (lomba yang diadakan oleh Komunitas Untuk Sahabat). Artinya, secara kualitas tidak diragukan lagi. Karena ini antologi bersama, kita dimanjakan dengan gaya penulisan yang beragam.
Sebelas cerpen, sebelas tokoh anak-anak dengan kepribadian dan karakter masing-masing. Nuansa kelam, mistik, saya temukan di cerpen Kupu-Kupu Kematian (Pemenang Utama Cerpen Pilihan UNSA 2016), Bau Mayat, dan Ibu dan Kue Kutu. Sesekali saya bergidik, menyadari kemungkinan yang bisa terjadi pada anak-anak yang sepintas tampak lucu dan baik-baik saja.
Dunia anak yang memang selalu serba ingin tahu dipertegas dalam cerpen Angkasa (Pemenang Runner Up Cerpen Pilihan UNSA 2016). Cerpen ini memaparkan bahwa terkadang pemikiran anak-anak jauh lebih luas dibanding orang dewasa. Sedang dampak keharmonisan keluarga terhadap kepribadian anak sedikit banyak tergambar pada cerpen Istana Boneka dan Buku Gambar Imo.
Selain sebelas cerpen pilihan, buku ini juga dilengkapi lima cerpen pemenang LCPM 1, ditulis oleh mereka yang masih berstatus pelajar dan mahasiswa. Yang muda yang berkarya. Kurang lebih seperti itu. Sangat sayang untuk dilewatkan. Dari keseluruhan cerpen, saya paling terkesan dengan Insomnia (Pemenang Kategori Cerpen dengan Penokohan Terbaik), tokohnya sangat melekat di benak. Tentang bagaimana ia tidak ingin melihat benda sendirian, sukses menghuni ruang kepala saya berhari-hari.
Buku ini sangat cocok untuk Anda yang butuh bacaan dengan nuansa berbeda. Mungkin sesuatu yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar